Rabu, 22 Februari 2017

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens) DALAM PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar )

    
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cidera atau pembedahan. Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat baik untuk menunjang praktek perawatan luka. Disamping itu, isu terkini yang terkait menejemen perawatan luka berkaitan dengan perubahan proffil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan, kondisi tersebut biasanya sering meyertai kekomplekan suatu luka dimana perwatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal (Anonymous, 2012).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhui citra tubuh. Lka sayat adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cidera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.
Di Indonesia telah banyak menggunakan obat-obatan yang dijual ditoko-toko ayau di apotik, salah satu contohnya adalah obat luka atau obat merah yang dibuat pabrik dalam kemasan botol, masyarakat tidak menyadari klau disekitarnya banyak tumbuh-tumbuhan yang kaya akan manfaat misalnya sambung nyawa yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin dan steroid yang dapat mempercepat meringkan luka baru dalam sekejap. Pengobatan dengan cara memanfaatkan daun tanaman sambung nyawa lebih efektif dari pengobatan obat modern, selain  urah dan tidak menimbulkan efek samping.
Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) adalah tanaman yang berasal dari Myanmar dan China. Sambung nyawa juga dikenal dengan nama akar sebiak, kelemai merah dan daun dewa.Tanaman ini berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Anonymous, 2013).
Di masyarakat tak sedikit orang yang telah merasakan khasiat daun sambung nyawa. Ekstrak tumbukan daun sambung nyawa terbukti tidak memberikan efek yang merugikan. Masyarakat Malang, terutama di daerah Tirto telah memanfaatkan khasiat daun sambung nyawa ini secara turun temurun. Secara empiris, selain dapat menyembuhkan luka sayat, daun sambung nyawa sering dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk mengobati darah tinggi, kencing manis, masuk angin dan kanker. Di kecamatan DAU Kabupaten Malang masyarakatnya biasa memanfaatkan ekstrak daun sambung nyawa dalam penyembuhan luka akibat benda tajam. Masyarakat tersebut memepercayai bahwa kandungan ekstrak daun sambung nyawa dapat menyembuhkan berbagai macam luka. Hal ini diperoleh dari informasi antar teman atau kolega yang sudah pernah memanfaatkan daun sambung nyawa.
Dengan latar belakang di atas peneliti mengambil judul “Pemberian Ekstrak Tanaman Sambung Nyawa (Gynura procumbens) dalam Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih (Rattus norvegicus Strain wistar)”.
1.2    Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh berbagai dosis dari ekstrak tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar) ?
1.3    Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
Mengetahui pengaruh berbagai dosis dari ekstrak tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
1.4    Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.       Secara praktis
a.       Memberikan informasi kepada masyarakat tentang alternatif tanaman obat yang dapat menyembuhkanberbagai macam luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
b.       Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan tanaman sambung nyawa dalam menyembuhkan luka sayat pada (Rattus norvegicus Strain wistar).
c.       Sebagai seorang guru, memberikan wawasan kepada peserta didik tentang penerapan ilmu biologi pada kehidupan sehari-hari terutama pada bidang kesehatan yaitu pemanfaatan tanaman sambung nyawa  guna menyembuhkan luka sayat pada (Rattus norvegicus Strain wistar).
2.       Secara teoritik
a.     Untuk mengembangkan keilmuan dalam mata kuliah fitofarmaka
b.     Penelitian ini diharapkan dapat mendorong perkembangan ilmu-ilmu biologi khususnya bidang kesehatan tentang pengaruh berbagai dosis tanaman obat untuk menyembuhkan dari berbagai macam luka.
1.5    Batasan penelitian
a.    Ekstrak daun sambung nyawa yang digunakan dalam penelitian diasumsikan mengandung bahan kimia alami berupa, flavonoid, glikosida kuersetin, fenoleat acid, triterpenoid, alkoloid, saponin dan tanin, yang dapat menyembuhkan penyakit luka sayatan dan mempercepat penyembuhannya.
b.    Indikator untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun sambung nyawa sebagai obat penyakit luka sayat dengan menghitung panjang/lebar luka sayat pada (Rattus norvegicus Strain wistar)  setelah diberi ekstrak daun sambung nyawa.
c.    Penentuan jumlah daun untuk mendapatkan ekstrak dari daun sambung nyawa sejumlah 0,4 ml membutuhkan 250 gr daun sambung nyawa (Gynura procumbens).
d.   Indikator untuk mengetahui perbedaan berbagai dosis dalam penyembuhan luka sayat pada tikus putih antara 0,1 ml dan 0,3 ml  ekstrak daun sambung nyawa.
e.    Fase penyembuhan luka sayat pada tikus putih dengan menggunakan ekstrak daun sambung nyawa setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari yang termasuk dalam fase inflamasi.
1.6    Definisi istilah
a.       Sambung nyawa (Gynura procumbens) adalah tanaman yang berasal dari Myanmar dan China. Sambung nyawa juga dikenal dengan nama akar sebiak, kelemai merah dan daun dewa. Tanaman ini berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua.
b.      Luka sayat adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cidera atau pembedahan.
c.       Tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari kelompok mamalia (hewan menyusui).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Tanaman Sambung Nyawa
2.1.1 Klasifikasi
Secara ilmiah klasifikasi dari tanaman Sambung Nyawa yaitu:
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
OrdoFamili      : Asteraceae
Genus              : Gynura
Spesies : Gynura procumbens (Lour.) Merr. 
        
(Sumber: Backer and Van den Brink Jr, 1965).
  
2.1.2 Morfologi
Tanaman Gynura Procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980; Backer and Van den Brink, 1965).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hillyana ( 1996 ) dalam Winarto ( 2003 ) daun sambung nyawa dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida pada dosis yang setara dengan 50 mg berat daun segar per 20 gr BB tikus putih.

2.1.3 Kandungan Tanaman Sambung Nyawa
Daun sambung nyawa mengandungi flavonoid, glikosida kuersetin, fenoleat asid, triterpenoid, alkaloid, saponin dan tannin. Sambung nyawa bersifat sejuk dan neutral. Tanaman sambung nyawa bisa digunakan untuk menurunkan panas badan, merawat sakit limpa, sakit ginjal, sakit kulit, menurunkan tekanan darah, menurunkan kandungan gula dalam darah, antimicrobial, antikarsinogenik, sitotoksik terhadap sel kanser, hipertensi, strok, penyakit jantung, kolesterol tinggi, diabetes, radang pita suara, radang tengkuk, batuk dan sinusitis.
Daun tanaman sambung nyawa mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase. Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman sambung nyawa terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol. (Nurwahyunani, 2006).
Berdasarkan dari sekian banyaknya zat yang terkandung dalam sambung nyawa hanya flavonoid yang efektif dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya (Kandaswami & Middleton, 2007), dikatakan juga bahwa flavonoid dapat bertindak menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.

·         Definisi kandungan daun sambung nyawa:
1)         Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tannin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon. Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987).
2)         Flavonoid
Flavonoid sebagai suatu senyawa fenol dalam dunia tumbuhan dapat ditemukan dalam bentuk glikosida maupun aglikonnya. Aglikon flavonoid mempunyai kerangka dasar struktur C6-C3-C6. Berdasarkan tingkat oksidasi serta subsituennya kerangka flavonoid dibedakan menjadi berbagai jenis seperti flavon, flavonol, khalkon, santon, auron, flavon, antosianidin dan leukoantosianidin (Pramono, 1989).
Flavonoid mengandung cincin aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum UV (ultra violet) dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula seperti glikosida. Aglikon flavonoid terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Harborne, 1989). Peranan dari flavonoid yaitu melancarkan peredaran darah seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung anti inflamasi (anti radang), berfungsi sebagai antioksidan dan membantu mengurangi rasa sakit analgesik (Hustiantama, 2002).
3)         Minyak Atsiri
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri disebut juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan, biasanya tidak berwarna terutama bila masih dalam keadaan segar, setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran makin lama akan berubah menjadi gelap, untuk menghindarinya harus disimpan dalam keadaanpenuh dan tertutup rapat (Guenther, 1987).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta berbagai persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S) (Ketaren, 1985). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, sedativ, stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun (Guenther, 1987).
4)         Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Triterpen tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh. Saponin dan glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tumbuhan (Harborne, 1987). Dikenal dua macam saponin, yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida dengan struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan dalam konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin merupakan kandungan zat kimia yang bermanfaat dalam mempengaruhi kolagen (tahap awal perbaikan jaringan) yaitu dengan menghambat produksi jaringan luka yang berlebihan. (Hutapea, 1999)
5)         Alkaloid
merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Harborne, 1987).

2.1.4 Manfaat Sambung Nyawa
Banyak manfaat dalam tanaman sambung nyawa seperti minyak atsiri yang terkandung di dalam tanaman tersebut, terutama yang terdapat pada daunnya berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Menurut Maryani dan Suharmiati (2004), penyakit yang dapat disembuhkan  adalah kanker, darah tinggi, kencing manis,tumor ginjal, masuk anggin, luka bakar, bisul, koreng, luka teriris dan luka binatang buas serta prostat. Pemanfaatan daun sambung nyawa sebagai obat oleh masyarakat masih dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan  cara mengkonsumsi air hasil rebusan daun sambung nyawa atau mengkonsumsi daunnya dalam bentuk segar sebagai lalapan.
Batang tanaman Sambung nyawa sering digunakan untuk menurunkan demam. Sambung nyawa juga digunakan dalam upaya penyembuhan penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, di samping itu digunakan pada upaya menghentikan perdarahan, mengatasi tidak datang haid dan gigitan binatang berbisa. Umbi untuk menghilangkan bekuan darah (haematom), pembengkakan, patah tulang, dan perdarahan setelah melahirkan.
Daun Gynura procumbens oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat kanker kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan 3 lembar daun segar sehari selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Meiyanto, 1996). Tumbuhan ini dilaporkan dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit ginjal (Heyne, 1987). Selain itu, Gynuraprocumbens juga dimanfaatkan sebagai antikoagulan, mencairkan pembekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, khusus bagian daunnya dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, luka terpukul, melancarkan sirkulasi. Manfaat lain dari bagian daun tanaman ini dilaporkan oleh Dalimartha (1999) dapat untuk mengatasi batu ginjal, radang mata, sakit gigi, rematik sendi, perdarahan kandungan, kencing manis (diabetes mellitus), darah tinggi (hipertensi), ganglion, kista, tumor, memar.

2.1.5 Sambung Nyawa Terhadap Penyembuhan Luka
Sambung nyawa memiliki keunggulan dalam penyembuhan luka sayatan dibandingkan tanaman obat lainnya. Selain itu juga sambung nyawa dapat menyembuhkan kanker, darah tinggi, kencing manis, masuk angin, tumor ginjal, luka bakar dan prostat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Mariyani, ekstrak daun sambung nyawa terbukti dapat menyembuhkan luka sayatan, karena kandungan minyak atsiri yang terdapat didalamnya dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian  Hee jae Lee dan kawan-kawan dalam percobaannya terhadap tikus jantan dewasa, selama empat minggu tikus itu diberikan ekstrak daun sambung nyawa (500 mg/kg).

2.2 Luka
Luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Luka sayat/iris, adalah jenis luka terbuka ini sering terjadi karena adanya kontak dengan benda tajam seperti pisau dan lain sebagainya namun berbeda dengan luka tusuk. Biasanya pada luka sayat/iris, permukaan kulit dan lapisan di bawahnya akan terputus sampai kedalaman yang bervariasi namun tepi luka teratur.
Gejala-gejala luka sayat antara lain: adanya sobekkan pada kulit yang mungkin membuat cidera jaringan kulit di bawahnya, perdarahan yang sedikit sampai sedang yang akan berhenti sendiri, timbulnya rasa sakit atau nyeri.
Komplikasi dari luka sayat yaitu: luka terbuka, perdarahan banyak apabila mengenai pembuluh darah besar (arteri/vena), infeksi bakteri (demam, radang, membentukkan nanah). Penyebab dari luka sayat berasal dari benda tajam (Aris, 2011).
Ø  Ciri-ciri luka sayat :
·         Pinggir luka rata
·         Sudut luka tajam
·         Rambut ikut terpotong
·         Jembatan jaringan
·         Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang.

   Ø  Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
1)       Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
2)       Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.
3)       Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2000:397 ; Inetna, 2004:1).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1)     Infeksi, infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dan luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka (Anonymous, 2009).
2)    Hipovolemia, kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka (Anonymous, 2009).
3)     Hematoma, hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Anonymous, 2009).
4)    Benda asing, seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dan serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit, yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus) (Anonymous, 2009).
5)     Iskemia, iskemi merupakan suatu keadaan di mana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dan obstruksi dan aliran darah. Hal ini dapat terjjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri (Anonymous, 2009).
6)     Diabetes, hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh (Anonymous, 2009).
7)     Pengobatan antikoagulan mengakibatkan perdarahan, antibiotik efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravascular (Anonymous, 2009).

2.3 Kerangka Konsep


2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil jawaban sementara (hipotesa) dari rumusan masalah yang ada bahwa pemberian berbagai dosis ekstrak tumbukan daun tanaman sambung nyawa dapat menyembuhkan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
  
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
            Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen sungguhan (True Eksperimental Research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental yang dikenai perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan (Suryabrata, 2000).

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei bertempat di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
3.3 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
3.4 Sampel     
Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Sujana menyebutkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 ekor tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
3.5 Variabel
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah faktor yang sengaja diubah atau di manipulasi oleh peneliti dengan maksud untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun sambung nyawa dengan dosis 0,1 ml dan 0,3 ml.
3.5.2 Variabel Terikat
            Variabel terikat yaitu faktor yang diukur atau diamati sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pemulihan luka tikus putih untuk kering.

3.5.3  Variabel Kontrol (Kendali)
Variabel kontrol atau kendali yaitu faktor yang sengaja dikendalikan supaya tidak mempengaruhi variabel bebas ataupun variabel terikat. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suhu, makanan, jenis kelamin hewan, berat badan hewan.
3.6 . Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan
Tahap ini digunakan untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan ,yaitu:
a.        Alat
·           Destilator                                                 1 buah
·           Timbangan analitik                                   1 buah
·           Kompor listrik                                          1 buah
·           Ekstraktor soxhlet                                    1 buah
·           Labu takar                                                buah
·           Gelas kimia                                              2 buah
·           Erlenmeyer                                               1 buah
·           Kain/kertas saring                                    2 buah
·           Corong kaca                                             1 buah
·           Mortal martil                                            1 buah
·           Wadah plastik                                          1 buah


b.        Bahan
·           Tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar) sebanyak 3 ekor
·           10  gram daun sambung nyawa
·           Betadine
·           Etanol 96%
·           Aquades
3.6.2 Prosedur Kerja               
a. Pembuatan Ekstrak Tumbukan Daun Sambung Nyawa
·         Menyiapkan daun sambung nyawa
·         Mencuci bahan menggunakan air
·         Menimbang daun sambung nyawa sejumlah 10 gram
·         Menumbuk daun sambung nyawa dengan mortal martil
·         Menambahkan etanol 96% sampai bahan terendam
·         Menyimpan bahan selama 24 jam
·         Menyaring bahan dengan menggunakan kain saring sampai tidak ada cairan yang menetes dari bahan
·         Memindahkan cairan encer ke labu destilasi dan memasang labu pada perangkat destilasi Aatau evaporator
·         Melakukan destilasi pada titik didih pelarut sampai tinggal cairan pekat pada labu destilasi
·         Menunggu sampai dingin
·         Memindah cairan pekat pada botol kaca berwarna yang telah bersih dan disterilkan lalu memberi label.
b.      Pemberian perlakuan sayatan pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar)
·         Menyiapkan 3 ekor tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
·         Memberi tanda dari tiap-tiap ekor tikus putih yaitu: A: kontrol, B1 dan B2: perlakuan.
·         Mencukur rambut pada kedua bagian punggung tikus putih yang akan diberikan perlakuan sayatan.
·         Menyayat bagian tersebut menggunakan cutter/benda tajam hingga luka sayat terlihat jelas dengan panjang sayatan 2,3 cm dengan lebar 1,5 cm
·         Kode A: kontrol (punggung tikus 1 disayat tanpa diberi perlakuan, kemudian di tetesi betadine).
·         Kode B1 disayat dan di tetesi ekstrak 0,1 ml, kede B2 disayat dan di tetesi ekstrak 0,3 ml.

3.6.3   Pemberian Ekstrak Tumbukan Daun Sambung Nyawa
a.       Menyiapkan hewan tikus putih untuk diuji.
b.      Membagi masing-masing tikus ke dalam 2 kelompok, kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah kelompok kontrol (1 ekor tikus putih) sedangkan kelompok B1 adalah kelompok perlakuan yang dibagi menjadi kelompok dosis 0,1 ml/(1 ekor)  untuk kelompok B2, kelompok dosis 0,3 ml/(1 ekor).
c.       Hari pertama, masing-masing tikus kelompok B diberi ekstrak tumbukan daun sambung nyawa peroral setiap hari sampai sembuh dengan dosis:
        Dosis   A           =  Kontrol
Dosis B1      = 0,1 ml
Dosis B2      = 0,3 ml
d.      Melakukan penelitian selama 1 minggu dengan catatan memberi perlakuan penetesan ekstrak daun sambung nyawa pada luka sayat tikus putih setiap hari dengan berbagai konsentrasi yang telah ditentukan.
e.       Menganalisis hasil penelitian.

 Analisis Data :                                  
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Senyawa Aktif dalam Tanaman Sambung Nyawa
No
Senyawa
Kualitatif
Kuantitatif
1.
Flavonoid
+
-
2.
Fenolik
-
-
3.
Saponin
-
-
4.
Tanin
-
-
5.
Fenolat
-
+

Perhitungan senyawa
Flavonoid =  0,011 + 0,0713 x 100 x 10
                      0,024 x 100,1
                =  0,0823 x 100 x 10
                      0,0024
                = 34,29 x 100 x 10
                = 3429 x 10
                = 34290 ppm
Fenolat = 0,041 + 0,00536 x 100 x 10
                      0,014 x 0,1
             = 0,04636 x 100 x 10
                 0,0014
= 33,114 x 100 x 10
= 3311,4 x 10
= 33114 ppm

Daun tanaman Gynura procumbens mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoidtaninsaponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase (Mulyadi, 1989). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura procumbens terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonolGynura procumbens mengandung sterols, glikosida sterol, quercetinkaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-rhamnosyl(16)galaktosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1 -6) glukosida.
Pada hasil praktikum untuk mengetahui senyawa aktif pada daun sambung nyawa hanya ditemukan senyawa flavonoid dan fenolat, sedangkan dalam literatur ditemukan senyawa flavonoidtaninsaponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase. Pada praktikum ini kami tidak dapat menemukan kandungan senyawa aktif yang lain karena dipengaruhi oleh berbagai hal. Hal-hal tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.      Penggunaan ekstrak daun sambung nyawa kurang pekat
2.      Kesterilan pada saat praktikum
3.      Ekstrak terkontaminasi oleh bakteri dan virus
4.      Ketidaktelitian pada saat praktikum
5.      Pada saat pembuatan ekstrak pemberian airnya terlalu banyak

4.2 Tabel Pengamatan

No
Hari/Tanggal
Panjang
Lebar
K
P1
P2
K
P1
P2
1.
Senin,     6-05-2013
2,30 cm
2,30 cm
2,30 cm
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
2.
Selasa,    7-05-2013
2,0 cm
1,9 cm
1,7 cm
1,2 cm
1,2 cm
1 cm
3.
Rabu,     8-05-2013
1,8 cm
1,7 cm
1,5 cm
0,9 cm
0,7 cm
0,6 cm
4.
Kamis,   9-05-2013
1,4 cm
1,4 cm
1 cm
0,7 cm
0,5 cm
0,4 cm
5.
Jum’at,  10-05-2013
1,3 cm
1,2 cm
0,5 cm
0,6 cm
0,5 cm
0,3 cm
6.
Sabtu,   11-05-2013
1,2 cm
1 cm
0,3 cm
0,6 cm
0,3 cm
0,1 cm
7.
Minggu, 12-05-2013
1,1 cm
0,7 cm
0,1 cm
0,5 cm
0,3 cm
0,1 cm
8.
Senin,    13-05-2013
1 cm
0,3 cm
-
0,4 cm
0,1 cm
-
9.
Selasa,   14-05-2013
0,8 cm
-
-
0,4 cm
-
-
10.

Rabu,     15-05-2013
0,5 cm
-
-
0,3 cm
-
-
11.
Kamis,    16-05-2013
0,4 cm
-
-
0,2 cm
-
-
12.
Jum’at,   17-05-2013
0,3 cm
-
-
0,2 cm
-
-
13.
Sabtu,     18-05-2013
0,2 cm
-
-
0,2 cm
-
-
14.
Minggu, 19-05-2013
0,1 cm
-
-
0,1 cm
-
-
15.
Senin,     20-05-2013
-
-
-
-
-
-

Keterangan :
K : Kontrol
P1 : Perlakuan 1 dengan konsentrasi 0,1 ml
P2 : Perlakuan 2 dengan konsentrasi 0,3 ml
4.3 Pengaruh pemberian ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens) terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar)
            Luka merupakan keadaan rusaknya jaringan tubuh begitu juga dengan luka sayat. Luka sayat terjadi karena adanya kontak dengan benda tajam seperti pisau. Biasanya pada luka sayat permukaan kulit dan lapisan di bawahnya terputus sampai kedalaman yang berariasi namun tepi luka teratur. Setelah terbentuk luka, akan terjadi proses yang ssangat kompleks. Proses tersebut terdiri dari fase homeostasis dan inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi akan terlihat peningkatan jumlah sel dan faktor penyembuhan luka, salah satunya yaitu terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka, dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka. Proliferasi fibroblas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Platelet Derivet Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor (TGF-b) dan sel radang, Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrois Factor (TNF). Faktor tersebut berkaitan dan saling mempengaruhi.
            Pada penelitian ini menggunakan tikus  putih pada perlakuan I dan II jenis kelamin  jantan sedangkan perlakuan kontrol mempunyai jenis kelamin betina. Pada pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun sambung nyawa pada perlakuan I yaitu dengan konsentrasi 0,1 ml/hari dan perlakuan II konsentrasi 0,3 ml/hari selama 2 minggu. Serta perlakuan kontrol dengan menggunakan betadine konsentrasi 0,1 ml memiliki perbedaan yang bermakna dalam menyembuhkan luka sayat pada tikus putih. Tikus putih dengan perlakuan II menunjukkan tingkat kesembuhan lebih cepat pada luka sayat lebih tinggi dari pada perlakuan I dan kontrol. Hal ini terlihat dari tingkat kecepatan penyempitan panjang dan lebar luka sayat pada perlakuan I luka sayat tikus putih sembuh total pada hari ke-9 dan perlakuan II sembuh total pada hari ke-8 sedangkan pada perlakuan kontrol sembuh pada hari ke-15.
Panjang dan lebar luka sayat pada minggu pertama hari ke-1 perlakuan I panjang luka 2,23cm, lebar 1,2 cm. Pada perlakuan II hari pertama luka 1,55 cm dan lebarnya 0,4 cm, pada perlakuan kontrol hari pertama panjang 2,30 cm dengan lebar 1,5 cm. Pada hari ke-2 perlakuan I panjangnya 1,7 cm dengan lebar 0,7 cm pada perlakuan II panjang luka 1,50 cm lebar 0,3 cm sedangkan kontrol panjangnya 2,0 cm lebar 1,2 cm. Hari ke-3 perlakuan I panjang luka 1,4 cm lebar 0,5 cm, perlakuan II panjang 1 cm lebar  0,3 cm, sedangkan kontrol panjang luka 1,5 dengan lebar 0,7 cm. Pada hari ke-4 perlakuan I panjang 1, 4 cm lebar 0,5 cm sedangkan perlakuan II panjang 0,5 cm lebar 0, 3 cm, kontrol panjang 1,4 cm lebar 0,7 cm. Pada hari ke-5 perlakuan I panjang 1,3 cm lebar 0,5 cm, perlakuan II panjang 0,3 cm lebar 0,1 cm, kontrol panjang 1,4 cm lebar 0,6 cm. Hari ke-6 perlakuan I panajang 1 cm lebar 0,3 cm, perlakuan II panjang 0,3 cm lebar 0,1 cm, kontrol panjang 1,2 cm lebar 0,6 cm. Pada hari ke-7 perlakuan I panajang 0,7 cm lebar 0,3 cm, perlakuan II panjang 0,1 cm lebar 0,1 cm, kontrol panjang 1,1 cm lebar 0,5 cm.
Panjang dan luka sayat pada tikus putih pada minggu kedua, hari ke-8 perlakuan I panjang 0,3 cm lebar 0,1 cm, perlakuan II panjang dan lebar tidak terlihat karena luka sayat sudah sembuh, sedangkan luka sayat pada kontrol panjang 1 cm lebar 0,4 cm. Hari ke-9 perlakuan I dan II sudah sembuh total, sedangkan pada kontrol panjang luka 0,8 cm lebar 0,4 cm. Hari ke-10 luka pada perlakuan kontrol panjang 0,5 cm lebar 0,3 cm. Hari ke-11 panjang pada kontrol 0,4 cm lebar 0,2 cm. Hari ke-12 perlakuan kontrol panjang 0,3 cm lebar 0,2 cm. Pada hari ke-13 perlakuan kontrol panjang 0,2 cm lebar 0,2 cm. Pada hari ke-14 perlakuan kontrol panjangnya 0,1 cm lebar 0,1 cm. Hari ke-15 perlakuan kontrol, perlakuan I, dan perlakuan II sembuh total.
Tingkat penyembuhan luka yang lebih cepat terjadi pada perlakuan II dengan konsentasi 0,3 ml ekstrak sambung nyawa dari pada perlakuan I dengan konsentasi 0,1 ml dan kontrol menggunakan betadine. Hal ini dikarenakan pada ekstrak daun sambung nyawa pada hasil praktikum terkandung senyawa flavonoid yang berperan untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sebagai anti bakteri,  mengandung anti inflasmasi (anti radang), berfungsi juga sebagai antioksidan dan membantu mengurangi rasa sakit. Selain itu juga mengandung senyawa fenolat dimana senyawa ini memiliki kemampuan sebagai anti bakteri sehingga tidak terjadi infeksi pada luka selain itu juga bersifat koagulator protein, bersifat antioksidan, mengurangi rasa sakit, sifat antiseptik dari senyawa fenol ini berperan penting dalam fase inflasmasi pada proses penyembuhan luka (Anonymous, 2009).
  

BAB V
PENUTUP
5.1    KESIMPULAN
·      Sambung nyawa (Gynura procumbens) adalah tanaman yang berasal dari Myanmar dan China. Sambung nyawa juga dikenal dengan nama akar sebiak, kelemai merah dan daun dewa.
·      Tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari kelompok mamalia (hewan menyusui).
·      Daun sambung nyawa mengandungi flavonoid, glikosida kuersetin, fenoleat asid, triterpenoid, alkaloid, saponin dan tannin.
·      Daun tanaman sambung nyawa mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri.
·      Sambung nyawa dapat menyembuhkan kanker, darah tinggi, kencing manis, masuk angin, tumor ginjal, luka bakar dan prostat.
·      Luka sayat adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cidera atau pembedahan.
·      Ciri-ciri luka sayat : pinggir luka rata, sudut luka tajam, rambut ikut terpotong, jembatan jaringan, dan biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang.
·      Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi.
·      Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka infeksi, hipovolemia, hematoma, benda asing, iskemia, diabetes, dan Pengobatan antikoagulan mengakibatkan perdarahan.
·      Hipotesis: berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil jawaban sementara (hipotesa) dari rumusan masalah yang ada bahwa pemberian berbagai dosis ekstrak tumbukan daun tanaman sambung nyawa dapat menyembuhkan luka sayat pada tikus putih (Rattus norvegicus Strain wistar).
·      Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.
·      Pada praktikum ini kami tidak dapat menemukan kandungan senyawa aktif yang lain karena dipengaruhi oleh berbagai hal. Hal-hal tersebut diantaranya sebagai berikut: Penggunaan ekstrak daun sambung nyawa kurang pekat, kesterilan pada saat praktikum, ekstrak terkontaminasi oleh bakteri dan virus, ketidaktelitian pada saat praktikum dan pada saat pembuatan ekstrak pemberian airnya terlalu banyak.
·      Pada penelitian ini menggunakan tikus  putih pada perlakuan I dan II jenis kelamin  jantan sedangkan perlakuan kontrol mempunyai jenis kelamin betina.
·      Tikus putih dengan perlakuan II menunjukkan tingkat kesembuhan lebih cepat pada luka sayat lebih tinggi dari pada perlakuan I dan kontrol. Hal ini terlihat dari tingkat kecepatan penyempitan panjang dan lebar luka sayat pada perlakuan I luka sayat tikus putih sembuh total pada hari ke-9 dan perlakuan II sembuh total pada hari ke-8 sedangkan pada perlakuan kontrol sembuh pada hari ke-15.
·      Tingkat penyembuhan luka yang lebih cepat terjadi pada perlakuan II dengan konsentasi 0,3 ml ekstrak sambung nyawa dari pada perlakuan I dengan konsentasi 0,1 ml dan kontrol menggunakan betadine. Hal ini dikarenakan pada ekstrak daun sambung nyawa pada hasil praktikum terkandung senyawa flavonoid yang berperan untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sebagai anti bakteri,  mengandung anti inflasmasi (anti radang), berfungsi juga sebagai antioksidan dan membantu mengurangi rasa sakit.


5.2    SARAN

Demikian proposal penelitian Ini disusun beserta pengaruh pemberian ekstrak tanaman sambung nyawa (Gynura Procumbens) dalam penyembuhan luka Sayat pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar ). Kami menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini kurang baik dan masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

  

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A., dan Van Den Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol II, N.V.P, 363-364, 424-425, Noordhoff-Groningen,The Netherlands.
Guenther. 1987. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:EGC.
Harborne.1987. Badan Pengawas Obat dan Makanan Edisi IV.Jakarta.
Hustiantama.2003 Artikel Resiko Asap Rokok dan Obat obatan Terhadap Kelahiran Prematur.
Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Maryani, Hesti dan Suharmiati. 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sambung Nyawa dan Daun Dewa. Agromedia Pustaka : Jakarta
Meiyanto, E., Sugiyanto, dan Sudarto, B., 1997, Uji Antikarsinogenik dan Antimutagenik Preparat Tradisional Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr., Fakultas Farmasi UGM, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII, 32.
Robinson,1995. The Basic Science of Poison in Cassaret and Doulls Toxicology, Mac Millan Publishing.co.id, New York.
Anonymous. 2011. Data Base Jamu. Online: www.jamu.biologi.ub.ac.id. Di akses tanggal 22 Maret 2013.
Anonymous. 2013. Tanaman Sambung Nyawa. http://ibnususanto.wordpress.com/                2009/02/24/sambung-nyawa/diakses tanggal 08 April 2013.

Anonymous.2012.Perawatan Luka.http://volimrini.blogspot.com/2012/09/perawat                an- luka.html diakses tanggal 10 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar