Rabu, 22 Februari 2017

EVOLUSI PRIMATA: RADIASI PRIMATA DAN MAKHLUK-MAKHLUK PRA- Homo sapiens

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar   Belakang
Berbicara mengenai evolusi manusia dan primata, tidaklah berarti bahwa manusia berasal dari kera. Dalam menjelaskan mengenai evolusi, terutama mengenai evolusi manusia kita harus berhati-hati dan dapat bersikap netral. Hal ini berarti apapun keyakinan kita mengenai asal-usul manusia, kita harus dapat mengemukakan bagaimana pendapat sekelompok orang dan bagaimana pula mengenai pendapat dari kelompok yang lain, dan bukan hanya pendapat kita sendiri. Apabila manusia memang berasal dari kera sekalipun, para ahli evolusi tidak akan dapat membuktikanya. Jadi dalam membuktikan evolusi kita tidak menggunakan pendekatan metode pendidikan.
Nenek moyang primata masa kini barangkali adalah sekelompok insektivora yang relatif tidak menarik ditinjau dari perspektif kita umat manusia atau berbentuk seperti shrew pohon. Primata sendiri berarti “yang terutama”, dan hal ini tidak mengherankan, sebab manusia pastilah menganggap ordo mammalianya sebagai yang terpenting. Begitu juga halnya dengan jika kelinci yang menyusun taksonomi, lagomorpha akan dijadikan primata. Primata tampaknya telah mengalami suatu evolusi pada awal mulanya untuk mengembangkan jari tidak terspesialisasi yang amat baik untuk kehidupan arboreal. Perubahan dalam pengelihatan, modifikasi pelvis, perilaku, dan perkembangan orak terjadi. Dan pada primata modern, termasuk kita, terlihat bahwa ciri hidup terestrial dan bukannya arboreal menandakan modernisasi primata.
Banyak mamalia, misalnya paus, telah memodifikasi susunan lima-jari aslinya di ujung tungkai depan menjadi struktur-struktur terspesialisasi. Misalnya saja pada sirip (flipper) pada paus dan lumba-lumba. Pada kuda, kelima jari telah menjadi satu jari tunggal dengan kukunya. Pada primata, semua jari tetap ada dan meneruskan susunan-bersendi dari struktur reptil yang primitif.
Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organism, biasanya para ahli menggunakan data organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini, yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan struktur dari organisme-organisme yang paling erat kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi dimasa silam. Dalam hal ini, untuk menjelaskan evolusi manusia, digunakan pendekatan pada golongan primata.
Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi dimasa lalu. Oleh karena itu, digunakan  data fosil dan data organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan tinjauan dari banyak segi, yang dapat memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang terjadi dimasa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan menggunakan fosil dan organisme aktuil mempunyai semua sifat terevolusi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian evolusi primata?
2.      Bagaimanakah perkembangan primata primitif ke primata maju?
3.      Apa sajakah jenis-jenis makhuk pra-Homo Sapiens?
4.      Apa sajakah tahapan-tahapan pada zaman pra-homo sapiens?

1.3         Tujuan Penulisan
2.      Untuk mengetahui definisi evolusi primate.
3.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan primata primitif ke primata maju.
4.      Dapat menyebutkan jenis-jenis makhluk pra-Homo Sapiens.
5.      Dapat menyebutkan tahapam-tahapan pada zaman pra-Homo sapiens.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Evolusi Primata
Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang “cukup lengkap”. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organisme, biasanya para ahli menggunakan data suatu organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal ini, yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur dari organisme-organisme yang paling erat hubungan kekerabatan dengan organisme sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Dalam hal ini, digunakan pendekatan pada golongan primata.
Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Pada dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu jenis berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin, suatu organisme berasal dari organisme lain. Tetapi pembuktian bahwa sustu jenis berasal dari jenis yang lain tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam evolusi adalah proses perubahannya.
Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan punahnya dinosaurus. Setidaknya, itulah fosil tertua yang pernah ditemukan dari primata. Sekarang, ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian (meliputi lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia). Prosimian yang dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir dan akhirnya menjadi endemik beberapa daerah seperti Madagaskar. Dengan pemisahan garis filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3: monyet, kera, dan Hominid (manusia). Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun lalu. Awal mulanya, monyet dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan belakangan monyet dunia lama berevolusi sebagai garis keturunan terpisah. Garis keturunan yang tersisa setelah pemisahan monyet disebut garis Hominoid.
George Gaylord Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke superfamilia Hominoidea. Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera kecil), Pongidae (kera besar), Hominidae (manusia). Namun, belakangan ini para taksonom cenderung tidak membedakan lagi antara kera kecil dan kera besar. Kera kecil mencakup siamang alias gibbon dan kerabatnya. Kera besar contohnya gorila, simpanse, dan orangutan. Simpanse punya 2 spesies dan beberapa subspesies (masih kontroversi), sementara itu orangutan dan gorila hanya punya 1 spesies, namun orangutan punya 2 spesies: P. pygmaeus pygmaeus, dan P. pygmaeus abelli. Manusia modern juga hanya memiliki 1 spesies, yakni Homo sapiens. Fosil kera primitif yang pernah ditemukan kira-kira berusia 35 juta tahun dan dinamakan Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”. Karena itu merupakan garis keturunan hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang bersama kera dan manusia. Divergensi antara kera purba dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu.
Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu yang sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk berayun-ayun dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu disebut brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk lengan). Pengemukanya adalah Sir Arthur Keith,yang menyadari keuntungan lokomosi itu di hutan. Modifikasi lainnya adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua mata dapat menumpuk ditengah dan menghasilkan citra yang lebih baik. Kebanyakan primata memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel. Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus persen pada primata bipedal yang plantigrad, seperti umat manusia.
Akan tetapi, hampir semua primata dari yang paling kuno sampai yang paling baru sekalipun, memiliki tangan dengan ibu jari yang dapat berputar. Hal ini sangat menguntungkan bukan saja untuk memegang objek, namun melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Apalagi, dengan perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat pesat, hal ini memberikan jalan lapang untuk perkembangannya. Tangan yang telah “terbebaskan” dari peralihan cara hidup dari arboreal ke non arboreal nampaknya telah banyak berperan dalam komunikasi yang lebih baik diantara spesiesnya, dan karena itu mendorong perkembangan interaksi kelompok, berbicara, dan akhirnya: penciptaan budaya.
Kita yang hidup pada masa sekarang tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti mengenai apa yang terjadi pada masa lalu. Oleh karena itu, digunakan data fosil dan data dari organisme yang hidup pada masa kini. Bukti yang digunakan untuk mempelajari perubahan akan ditinjau dari banyak segi, yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi peda masa lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesusia dengan perkembangan waktu dan tempat. Dengan menggunakan data fosil dan organisme aktual mempunyai semua sifat terevolusi. Analisis yang dilakukan pada primata primitive sampai dengan primata  yang maju, yakni manusia memberikan gambaran sebagai berikut:
2.1.1 Perkembangan Primata Primitif ke Primata Maju
·      Hubungan antara tulang vertebrata dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan ini terdapat dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki. Sejalan dengan perubahan ini, maka otot leherpun menjadi lebih lemah, seadngkan panggul menjadi lebih penting dan kuat. Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk moncong menjadi bertambah pendek. Rongga hidung yang besar sekarang menjadi jauh lebih kecil.
·      Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenuhnya ter-lindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mata ynag menghadap ke samping, menjadi berangsur-angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan melihat warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap dan terang menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain itu, matapun diperlukan untuk melihat makan diantara ranting-ranting pohon, dan untuk menyelinap dengan mudah diantara hutan.
·      Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut mempunyai kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang tipis. Cakar mula-mula digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan berubahnya cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat di atas pohon.kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan untuk me-megang. Dengan demikian, terjadi pula perubahan cara memegang dengan terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-jari yang lain. Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya flora hutan sebagai habitat baru di muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu terkait kalau pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu, terjadi pula perubahan dari telapak tangan. Hal ini penting berkaitan dengan kemampuan untuk memegang yang terlihat pada kera, yang mempunyai “empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan, ekorpun dapat digunakan untuk memegang.
·      Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kerayang memilki tangan yang lebih panjang dan lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat berayun-ayun dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan bumi, maka jumlah hutan menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan primata besar yang tidak dapat ditunjang oleh hutan. Dengan demikian, primata mulai turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk mengejar mangsa dan menghindarkan diri dari predator.
·      Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat pada golongan kera-manuasia. Australopithecus hanya mempunyai volume otak 600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih besar. Data fosil menunjukkan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai kisaran antara keduanya. Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada perubahan dahi.


2.1.2 Data Fosil Evolusi Primata
Bermacam-macam fosil primata seperti Mesopithecus, Miopithecus,dan Aegyptophitecus dari lapisan Oligosen; Parapithecus, Propliopithecus yang berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dengan manusia. Fosil primata yang paling tua dan masih termasuk famili Homonidae adalah Dryopithecus, Limnopithecus, Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus, dan Proconsul yang dikenal sejak zaman Miosen.
Dryopithecus dianggap berkerabat dengan bangsa beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil Homidid tertua yang diduga berkerabat dengan gorilla dan simpanse. Fosil Brahmapithecus, dan Sivapithecus belum diketahaui kerabat dekatnya. Kemudian kita mengenal fosil Hominid yang lebih muda yakni Ramapithecus yang dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan manusia. Fosil ini pada mulanya hanya sebuah tulang rahang. Namun kini pandangan tersebut berubah, karena penemuan baru telah meberikan pandangan yang lebih baik. Fosil ini ternyata identik dengan Dropithecus. Fosil berikutnya adalah Kenyapithecus.
Fosil Homo mungkin pula telah ada, namun data yang ada belum meyakinkan. Baru kemudian, pada lapisan yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran progresif sekaran disebut Homo aethiopicus, Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo, Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis), dan Paranthropus (P. boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil manusia atau kera berukuran besar dan mungkin pantas dinamakan raksasa. Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atasa adalah Zinjanthropus, Homo habilis, Homo ergaster, Homo rudolfensis. Baru kemudian kita mengenal manusia purba, Homo erectus (Sinatropus, Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus, Eoanthropus dan Homo heidelbergensis). Fosil-fosil Hominid yang paling muda semuanya sudah dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim, Cro-Magnon), dan Homo sapiens neaderthalensis (Homo soloensis, Homo rhodosiensis).

2.1.3 Data Genetika Fosil Primata
Pendekatan molekuler dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Universitas California di Berkeley. Tahun 1987 mereka mengemukakan hasil analisis ADN mitokondria yang menunjukkan bahwa ADN mitokondria manusia yang paling primitif (wanita, karena ADN mitokondria diturunkan dari pihak ibu) terdapat di Afrika. Bila dikaji mengenai kecepatan mutasi ADN mitokondria, dan dikaitkan dengan perubahan yang terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa manusia yang paling primitif harus sudah berada di muka bumi sekitar 200.000 tahun yang lalu. Hal ini menimbulkan kontroversi dengan data fosil, karena menurut fosil, Homo sapiens pertama berumur paling sedikit sekitar 250.000 – 1.000.000 tahun yang lalu. Apalagi bila kita membaca buku yang lebuh tua, maka dapat kita menemukan bahwa perkiraan manusia pertama adalah sekitar 15.000.000 tahun yang lalu.
Penelitian tadinya dilakukan oleh kelompok lain dengan menggunakan analisis ADN kromosom Y menunjukkan bahwa pria pertama berasal dari daerah Aka Afrika, di tempat suku Pygmee berada. Pendekatan tersebut di atas, meskipun mengarah kepada Afrika sebagai daerah asal manusia, sangant didukung oleh data fosil.
Meskipun data molekuler sangat cocock dengan data fosil, namun data yang masih ada belum cukup memastikan asal usul manusia. Teori lain menyatakan bahwa manusia pertama mungkin adalah suatu hybrid antara manusia primitif (Homo erectus dengan Homo habilis dan Homo neaderthalensis) dan dihasilkan manusia modern yang hidup sekarang. Pendapat lain mengatakan bahwa asal usul manusia terjadi di Afrika dan Asia.ada pula kemungkinan yang jauh lebih kecil yakni di Eropa dan Australia. Pendapat ini didasarkan pada fosil Homo erectus dan fosil Homo sapiens.

2.2 Radiasi Primata
Perkembangan evaluasi Primata dimulai dari moyang yang berupa hewan Mammalia pemakan serangga menurunkan Prosimian yang hidup pada zaman Palaeosin. Hewan ini bertubuh kecil seperti cecurut, bermoncong, dan berekor panjang. Mereka tangas dan cerdas, mempunyai organ-organ penggenggan dan lima jari. Dari Prosimian perkembangan radiasi evolusi menuju 4 golongan besar yang masih tetap hidup sekarang ini.
2.2.1 Prosimian Primata
Kelompok besar pertama yakni Prosimian modern. Yang termasuk kelompok ini adalah lemur dan loris, sekarang hidup di pulau Madagaskar. Hewan-hewan ini masih mempunyai moncong dan ekor yang panjang, berkuku, bukan cakar dengan kemampuan untuk memanipulasi obyek, hal ini merupakan ciri umum Primata.
Hewan lain yang termasuk Prosimian modern ialah tarsier (binatang hantu), hidup di Asia Selatan dan Indonesia (daerah pantai Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra). Pada hewan ini tidak dijumpai lagi moncong yang panjang mata lebih ke depan tidak seperti mata lemur yang agak kesamping oleh karena itu, tarsier dapat memfokuskan satu titik dengan kedua matanya Nampak adanya peningkatan pada alat-alat penglihatan dan mekanisme saraf yang memberikan kemampuan untuk kedalaman persepsi (binocular stereoscopic vision) dan penglihatan warna pada tahap-tahap beranekaragam.
Tarsius besarnya kira-kira sama dengan seekor tikus besar dan dapat bergerak sejauh yang bisa dilakukan seekor kangguru. Tarsius dapat memutar kepalanya nyaris 360 derajat, sehingga dapat memandang lingkungan yang ada tepat di belakangnya. Dalam hal ukuran relatif otak dan bentuk hidung, tarsius mirip dengan monyet.
2.2.2 Ceboidea (Monyet Dunia Baru)
Ceboidea hanya hidup pada lingkungan pohon dan ditemukan di daerah hutan-hutan sebelah selatan Amerika Utara, Amerika tengah, Dan Amerika Selatan. Mereka terbagi menjadi dua family, yakni callithricidae dan Cebidae. Callithricidae atau Marmoset adalah Primata kecil yang telah menempati niche seperti bajing di hutan Dunia Baru. Perkembangan yang menonjol pada cakar untuk memanjat yang merupakan bagian penting dari pergerakan mereka.
Ceboidae hidup dilingkungan pohon. Namun lebih berkembang dibandingkan dengan Callithricidae. Mereka mengembangkan beraneka ragam besar tubuh dan adaptasi ekologis di pohon-pohon. Beberapa anggota Cebidae telah beeradaptasi dengan cara hidup dilingkungan pohon dengan jalan mengembangkan “kaki ke-5” dalam bentuk ekor prehensile (penggenggam, dapat digunakan untuk memegang sesuatu). Ekor prehensile tidak hanya terdapat pada moyet Dunia lama.
Monyet dunia baru adalah hewan asli Amerika Selatan. Kebanyakan tidak  memiliki ibu jari yang dapat diputar, yang merupakan ciri khas dari primata-primata yang lebih maju. Cupingnnya lebar dan membentang ke arah samping, sehingga hidung tampak rata. Monyet capuchin yang digunakan di Eropa dalam pertunjukan-pertunjukan hiburan tergolong contoh monyet dunia baru.
2.2.3 Cercopithecoidea (Monyet Dunia Lama)
Semua Primata dunia lama kecuali prosimian adalah catarrhini. (hidung terbelah). Monyet-moyet dunia lama diklasifikasikan dalam satu famili yakni Cercopithecidae yang terbagi menjadi 2 sub famili yaitu cercopithecinae (moyet babon) dan colobinae (monyet pemakan daun).
Pada catatan fosil cercopithecoidea berkembang pada zaman Oligosin dan Miosin. Pada akhir Moisin mereka telah menempati sejumlah niche lingkungan pohon serta terestrial di Afrika dan Erasia. Pada saat sekarang mereka berkembang menjadi Colonin (monyet pemakan daun) dan cercopithecin. Cercopithecin yang hidup sekarang menempati iklim dan habitat yang lebih luas dibandingkan Primata lain, kecuali manusia.
a.      Colobinae
Colobinae hidup beradaptasi makan daun vegetasi muda. Mereka mempunyai puncak gigi yang tajam pada gigi molar, kantung pipi khusus, dan bentuk perut khusus untuk mencernakan makanan. Pencernaan dilakukan dengan bantuan bakteri yang hidup pada perutnya yang mirip dengan kantung. Langur (sebutan untuk berapa Colobinae) mendiami banyak habitat. Beberapa diantaranya digunung-gunung tinggi dengan sedikit pohon dan makannya bergantung pada puncak-puncak cemara dan kulit pohon dan dedaunan.
b.      Cercopithecinae
Sub famili ini menempati beraneka habitat, mulai dari savanna terbuka (babon, macaques, monyet patas) sampai hutan (mandril, mangabey, dan quenon) tingkah laku social babon dan Cercopithecinae terrestrial banyak dipelajari oleh ahli antropologi untuk mengetahui factor-faktor lingkungan dan ekologi yang menolong membentuk nenek moyang manusia.
Mereka berjalan di atas 4 kaki (quadrapedal dan mengembangkan kemampuan mencengkeram, tetapi tidak dengan ekor prehensile. Bentuk pergerakan mereka dinamakan branch walking (berjalan) diatas cabang), plantigrade (kencenderungan bergerak pada permukaan plantar = tapak tangan atau tapak kaki) da digitigrase (kecenderungan bergerak dengan jari tangan atau jari kaki)
Gibbon mempunyai tengkorak yang lebih kecil dibandingkan dengan Hominoid yang lain dan semata-mata orboreal. Bentuk Gibbon khusus untuk bergerak arboncal, disebut brachiation. Branchiation memungkinkan gibbon bergerak arboncal, disebut brachiantion. Branchiation memungkinkan gibbon bergerak lebih cepat antara pepohonan dengan menggunakan kedua lengannya, hingga tangannya berfungsi sebagai sebuah kait. Tetapi jika ia turun ke tanah berjalan-jalan di atas dahan –dahan dilakukan dengan 2 kaki.
Orangutan seperti gibbon hidup terbatas di Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia. Cara bergerak orangutan dinamakan quadramanual (empat tangan). Meskipun orangutan menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4 anggota badanya, jua dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah, khususnya jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada betinanya dan menjalani hidup membujang.
Orangutan seperti gibbon hidup terbatas di Asia Tenggara dan pernah hidup tersebar luas di Asia. Cara bergerak orangutan dinamakan quadramanual (empat tangan). Meskipun orangutan menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dengan menggunakan 4 anggota badanya, jua dapat berjalan jauh sekali di daratan tanah, khususnya jantan dewasa hampir 2 kali lebih besar daripada betinanya dan menjalani hidup membujang.
Simpanse tidak mempunyai catatan fosil, hidup terbatas di daerah hutan dan bagian berhutan kera. Karena adaptasi mereka, mempunyai struktur badan yang orthograde (tegak), yang memungkinkan mereka berjalan jauh di atas permukaan tanah, tetapi juga posisi duduk dalam jangka waktu lama. Untuk duduk, babon telah mengembangkan sepetak kulit pada bagian belakang yang dinamakan ischial callosities.
c.       Hominoidea
Kelompok ini muncuk pada zaman Paleosin. Selama Miosin awal radiasi Hominoidea bercabang menjadi dua yakni Anthropoidea (kera) dan Hominidea (keluarga manusia). Kedua famili ini ditandai dengan hilangnya ekor dan berkembangnya ukuran besar badan. Otak. Anthropoidae dan Hominiidae jauh lebih berkembang dan demikian fungsi lebih kompleks. Kera-kera yang hidup sekarang dibagi 4 genus, yakni gibbon, orangutan, simpanse, dan gorila.

2.3 Makhluk-Makhluk Pra- Homo sapiens
Evolusi makhluk – makhluk  pra –Homo sapiens dapat digolongkan  menjadi dua bagian besar, yakni:
2.3.1 Evolusi Pra- Homo sapiens Berdasarkan hubungan kekerabatan Manusia dengan hewan
Klasifikasi Homo sapiens adalah sebagai berikut:
Kingdom                : Animalia
Kelas                      : Mammalia
Ordo                       : Primata
Subordo                 : Anthropoidea
Famili                     : Homonoidea
Genus                     : Homo
Species                   : Homo sapiens
            Berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan  hewan, evolusiner pra-Homo sapiens secara garis besar mengalami 4 perkembangan, yakni:
a.       Famili Tupaiidae
Famili Tupaiidae merupakan ordo Primata, yakni golongan hewan pemakan serangga.


b.      Famili Lemuroidae
Famili ini merupakan Ordo Primata primitif termasuk di dalamnya adalah jenis binatang setelah kera. Misalnya Tarsius spectrum (binatang hantu), yang hidup di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra), dan Filipina. Jenis binatang tersebut mempunyai ekor panjang serta berkuku bukan cakar dengan kemampuan memanipulasi objek.
c.       Famili Pongidae
d.      Famili Homonidae
2.3.2 Evolusi Pra- Homo sapiens berdasarkan ditemukannya fosil
Evolusi pra - Homo sapiens berdasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia. Berdasarkan fosil yang ditemukan diperkirakan kehidupan manusia dimulai lebih kurang 25 juta tahun lalu yang tersebar menjadi 3 zaman, yakni:
1.      Zaman Miosin (25-10 juta tahun lalu)
·      Tingkat pertama, yakni Plipithecus. Makhluk ini sepenuhnya bersifat kera, oleh karena itu dinamakan kera primitif. Tubuhnya kecil dan pendek. Kedua tangannya mungkin masih digunakan untuk bergelantungan di dahan pohon. Mereka belum dapat berjalan tegak. Diduga, kera primitif hidup 35 – 25 juta tahun yang lalu. Ditemukan oleh tim ekspedisi Universitas Yale di Fayum tahun 1961.
·      Tingkat kedua, Proconsul, yakni kera purba yang hidup sekitar 25 -15 juta tahun yang  lalu. Para ahli berpendapat bahwa makhluk ini tidak sepenuhnya bersifat kera; disebabkan pada muka, rahang, gig geliginya terdapat ciri yang ditafsirkan sebagai ciri manusia. Makhluk ini ditemukan di danau Victoria, dikatakan oleh seorang ahli: “Mungkinkah ini merupakan bisikan samar – samar pertama tentang makhluk hidup yakni manusia”. Proconsul semakin banyak terkumpul dan semuanya menunjukkan bahwa binatang ini muncul dengan berbagai ukuran yang berbeda – beda; ada yang sekecil simpanse dan ada yang menjadi sebesar gorilla. Tipe gorilla inilah yang menjadi nenek moyang gorilla modern.
·      Tingkat ketiga, Dryopithecus, yakni kera raksasa yang hidup sekitar 15 – 10 juta tahun yang lalu. Makhluk ini sejenis Proconsul. Fosilnya ditemukan luas di Eropa, India, Cina, dan Afrika. Fosil ini belum lengkap untuk menunjukkan salah satu anggota dari genus yang luas manuju ke arah  manusia. Karena rekonstruksi makhluk ini dibuat terutama dengan menggunakan fragmen – fragmen dan gigi – gigi. Dryopithecus memiliki bentuk badan yang cukup besar serta sangat gemar mengembara sehingga menempati hutan  tropis yang sangat luas.
·      Tingkat keempat, Ramapithecus, yakni primata paling purba yang pada umumnya dianggap sebagai leluhur manusia. Hidup sekitar 15 -10 juta yang lalu. Ukurannya jauh lebih lebih kecil daripada manusia sekarang, yakni 0,9 – 1,2 meter dan kapasitas tengkoraknya lebih kurang 40 cc. Ramapithecus memiliki busur gigi yang lebih kecil namun jauh lebih besar daripada kera. Bentuknya kira-kira mirip dengan busur gigi manusia. Pada manusia, tanganlah yang melakukan sebagian besar pemecahan dan pencabikan makanan yang keras, sedangkan pada kebanyakan kera, gigi tampak merupakan satu-satunya alat untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Fosil dari makhluk ini ditemukan  pada tahun 1930-an di bukit Siwalik (Pakistan) oleh G. E. Lewis dari Universitas Yale.
2.      Zaman Pliosin (10-2 juta tahun yang lalu)
             Pada zaman ini telah muncul makhluk baru yakni primata yang  tidak menyerupai primata yang hidup sebelumnya. Makhluk ini bukan  kera penghuni hutan, tetapi lebih banyak hidup di padang rumput terbuka. Makhluk ini berjalan  tegak dengan  kedua kakinya. Ada dua jenis makhluk ini, yakni:
·      Tahap kelima, Australopithecus afarensis
Makhluk ini merupakan tingkatan kelima. Australopithecus afarensis merupakan makhluk purba yang diduga merupakan keturunan Ramapithecus. Hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu. Makhluk ini juga dianggap sebagai Hominoid paling awal yang menurut beberapa ahli sudah  mampu  berjalan tegak. Australopithecus afarensis ditemukan oleh Lois dan Mary Leakey dibagian Timur dan Utara Afrika Selatan, di tebing Olduvai dekat dengan Ethiopia. Fosil – fosil makhluk ini ditemukan dari lapisan – lapisan batuan yang berbentuk tebing lembah. Dengan  metode kalium -  argon dapat ditentukan dengan tepat fosil itu.
·      Tahap keenam, Australopithecus africanus
Australopithecus africanus merupakan tingkatan keenam. Makhluk ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924, yakni seorang ahli otonomi dan palaentologi dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan. Fosil Australopithecus africanus dipelajari Dart dari koleksi batuan yang mengandung fosil dari suatu lubang galian pertambangan kapur di Taung, Batswana. Fosil terbenam dalam salah satu bagian batuan dimana tengkorak – tengkorak yang ditemukan tidak menyerupai tengkorak lainnya yang pernah dilihatnya.
Ketika tenggkorak  tdi dipisahkan sama sekali dari batuan, Nampak suatu tengkorak yang menakjubkan. Dalam beberapa hal, tengkorak ini menyerupai anak manusia yang berumur lima atau enam tahun. Tetapi dalam hal beberapa lainnya tengkorak tadi jelas menyerupai tengkorak kera. Dart menamakan penemuanya dengan Australopithecus africanus, artinya “Kera Afrika Selatan”. dia terus mempelajarinya dan setelah empat tahun bekerja berhasil memisahkan rahang tengkorak sedemikian, sehingga giginya tampak jelas. Terlihat gigi – giginya sangat menyerupai gigi anak manusia. Lain dari itu, dari letak foramen magnum, yakni lubang yang menghadap ke tengkorak dan yang melewati oleh urat saraf tulang belakang menuju ke otak, menghadap langsung ke bawah. Dart merasa bahwa tengkorak tadi adalah tengkorak suatu makhluk yang letak kepalanya seperti pada manusia; mungkin makhluk tersebut sudah berjalan tegak.
Penemuan Dart didukung oleh ahli palaentologi lain yang berkerja di Afrika Selatan, yakni Robert Broom. Setelah bertahun – tahun dia mempelajari fosil Mammalia di Afrika Selatan. dengan beberapa teman sekerja, Broom mencari fosil – fosil lagi yang mungkin dapat memberikan petunjuk untuk memperkuat kesimpulannya. Selama empat puluh tahun berikutnya, terkumpul sudah bahan fosil yang fosil tengkorak, tulang kaki, dan tulang panggul. Semua fosil diharapkan dapat memberi  petunjuk dengan jelas bahwa memang sesungguhnya di Afrika Selatan  terdapat makhluk pra – manusia (pra – Homo sapiens).
3.      Zaman Pleistosin (2 juta tahun yang lalu sampai sekarang)
Pada zaman ini manusia menglami evolusi yang sangat cepat dan sudah menggunakan perkakas baik dari batu  maupun kayu. Mereka sudah pandai berburu, sudah dapat menggunakan api dan diduga sudah dapat berbicara. Anggapan  ini berdasarkan pada volume otak yang lebih besar bila dibandingkan dengan makhluk sebelumnya.
·      Tahap ketujuh, Australopithecus robustus
Australopithecus robustus merupakan makhluk sejenis Australopithecus africanus, namun  ukurannya lebih besar. Tinggi badannya mencapai 1,5 meter dan berat badannya 65 – 75 kg, mempunyai gigi – gigi besar dan otak rahang yang kuat yang menunjukkan bahwa spesies ini adalah herbivora. Sedangkan Australopithecus robustus lebih langsing, berat badanya kira – kira 50 kg dan tingginya 1,2 meter. Meskipun catatan fosil jauh dari sempurna, akan tetapi ada petunjuk bahwa Australopithecus tersebut hidup di Afrika Selatan  kira – kira selama 750. 000 tahun yang lalu. Selama waktu  itu, Australopithecus africanus makin lama makin menyerupai manusia, sedangkan Australopithecus robustus tetap tidak berubah.
·      Tahap kedelapan, Australopithecus boisei
Makhluk ini merupakan tahap kedelapan, yang merupakan jenis Australopithecus yang paling besar. Australopithecus boisei hidup di Afrika Timur, dengan ciri – ciri badan tegap, muka dan giginya khas lagi kokoh, tempurung kepalanya rendah dan kasar. Diduga hidup 1,5 juta tahun yang lalu. Ditemukanj oleh Leakey di Lenbah Olvuvai, Tanzania.
·      Tahap kesembilan, Homo habilis
Makhluk ini merupakan keturunan dari Australopithecus purba yang lebih ramping dan berbeda dengan  saudara – saudaranya, karena lebih tinggi intelegensinya. Homo habilis (manusia tukang) merupakan pembuat dan  memakai alat. Homo habilis hidup sekitar 2 – 1,5 tahun yang lalu. Beberapa ahli berpendapat bahwa makhluk ini sebagai “manusia sejati pertama”, yang lebih cerdas daripada Homo habilis karena memiliki rongga otek yang lebih besar. Ditemukan oleh Leakey di Lembah Olduvai.
·      Tahap kesepuluh, Homo erectus
Makhluk ini diduga hidup pada 1,5 – 0,5 juta tahun yang lalu. Homo erectus dapat berjalan tegak, kakinya panjang dan lurus, dan tulang tungkainya lebih maju. Otaknya lebih besar dengan valume berkisar 750 – 1.400 cc. Homo erectus sebagai manusia purba sudah pandai membuat perkakas, misalnya kapak genggam, walaupun masih agak kasar. Kehidupannya dengan berburu mammalian besar. Telah menggunakan api, sudah dapat berbicara untuk mengajari anaknya bagaimana membuat perkakas. Makhluk ini ditemukan tersebar di dunia.
·      Tahap kesebelas,
munculnya makhluk yang dinamakan Homo sapiens purba, yakni makhluk yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu. Makhluk ini sebagai hasil penemuan fosil dari tiga tengkorak yang tidak lengkap, yakni kepingan tengkorak, tulang, dan beberapa gigi. Dari fosil yang ada ditafsirkan bahwa manusia purba ini merupakan tipe peralihan antara Homo erectus ke Homo sapiens yang lebih modern. Kemampuan membuat alat sudah jauh lebih maju, bahkan ada yang menduga bahwa mereka sudah mulai bercocok tanam.
·      Tahap keduabelas,
munculnya Homo sapiens neanderthalesis (Manusia Lembah Neander (Neanderthal)) , yakni makhluk yang diduga hidup pada masa antara 75.000 – 10.000 tahun yang lalu. Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Neanderthal, Jerman. Bentuk tubuhnya sepenuhnya manusia, hidungnya terlihat mancung. Ukuran volume otaknya relative sudah termasuk dalam kisaran ukuran rongga antara 1.,6 – 1,8 meter, berbahu lebar, berdada cembung, dan berotot padat. Manusia Lembah Neander sudah memiliki kemampuan membuat dam memakai pakaian dari kulit  dan hidup menetap secara sederhana di gua – gua. Para ahli pada umumnya sependapat bahwa manusia Lembah  Neander  adalah  leluhur manusia modern, walaupun sekelompok ahli masih meragukan.
·      Tahap ketiga belas,
munculnya manusia Cro-Magnon. Makhluk ini merupakan Hominidae (manusia)  purba termodern. Diduga hidup 10.000 – ribuan tahun yang lalu. Mereka memiliki kebudayaan yang cukup maju, bercocok tanam secara baik, memelihara binatang, menguasai lingkungan, bahkan kemudian membangun kota serta mengembangkan peradapan. Ciri – cirinya adalah memiliki dagu yang menonjol, hidung mancung, gigi kecil dan merata, serta raut wajah yang tampan. Sesungguhnya makhluk ini mirip dengan orang – orang Eropa sekarang.
·      Tahap keempat belas,
munculnya Homo sapiens-sapiens (manusia modern). Tidak pasti benar kapan munculnya manusia modern, namun para peneliti ada yang beranggapan bahwa manusia modern muncul sejak sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.
2.4 Sejarah Manusia
Sejarah manusia adalah asal-usul manusia. Fakta atau bukti yang diperoleh untuk mempelajari sejarah manusia dengan bantuan fosil yang ditemukan pada lapisan bumi. Dari fosil-fosil yang ditemukan, didapatkan kesimpulan bahwa deretan-deretan fosil yang terdapat dibatuan muda berbeda apabila dibandingkan dengan fosil dari batuan yang lebih tua. Perbedaan itu disebabkan oleh perubahan yang berlahan-lahan. Cara penyebaran hewan dan tumbuhan dapat membuka tabir mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada moyangnya.
Dalam pembicaraan mengenai asal-usul manusia pada bahasan berikut ini dilihat dari kacamata biologi. Tentu saja, ada pandangan-pandangan lain yang mengungkapkan tentang timbulnya manusia dibumi ini. Karena kita ingin mengingkpkan sejarah manusia dari segi Biologi, maka sudah barang tentu kita akan menjelaskan dari sudut logika materi biologi yang telah kita ketahui.
Klasifikasi makhluk hidup dengan menggolongkan manusia dengan hewan Vertebrata, yakni sebagian dari mamalia. Bila kita membedah tubuh manusia, bagian-bagian tubuhnya seperti jantung, usus, hati dan paru-paru tidak banyak berbeda dengan jantung, usus, hati dan paru-paru kucing atau kera. Dengan demikian pula dapat kita pelajari sistem saraf, sistem endokrin, pernafasan, pencernaan, repruduksi atau konstraksi otot-ototnya, kita akan selalu menemukan proses-proses kimia dan fisika yang pada prinsipnya sama seperti yang terdapat pada hewan. Manusia mempunyai rambut dan bisa menyusui anaknya. Manusia mempunyai gerakan bipedal( Latin: bi = dua, dan pedes = kaki) yang berlainan dengan gerakan mamalia lainnya. Bagian-bagian anatomi manusia dank era sangat serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan kedalam suatu golongan yakni ordo primate.
Setiap spesies memiliki ciri-ciri khas yakni ciri struktur, ciri fisiologi dan ciri tingkah laku yang membedakan spesies yang berlainan tetapi yang dekat hubungan kekeluargaannya. Meskipun dalm individu dalam spesies manusia banyak terdapat keanekaragaman, spesies Manusia dapat dibedakan dengan jelas dari hewan yang paling menyerupai, yakni Primata besar lainnya.
2.4.1 Ciri-Ciri Struktur Manusia
Perbedaan jasmani yang mencolok pada manusia dan hewan adalah dalam hal kemampuan manusia untuk berdiri, berjalan dan berlari. Oleh karena itu, tangan manusia bebas untuk mengerjakan atau untuk membawa sesuatu. Kemampuan ini banyak menyangkut modifikasi anatomi. Kaki manusia lebih panjang dari pada lengannya, sesuatu hal yang membedakan dari primate lainnya. Kaki mnusia, yang mempunyai lekukan besar dengan ibu jari yang sebidang letaknya dengan jari lainnya, sangat berbeda dengan kaki kera. Kaki manusia sesuai untuk berkalan atau berlari, akan tetapi tidak sesuai untuk berpegangan pada dahan-dahan pohon. Kepala manusia terletak pada tulang belakang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan manusia untuk dapat melihat lurus ke depan jika berdiri tegak.
Otak manusia relayif besar. Manusia masa kini mempunyai volume tempurung otak besar 1200 sampai 1.500 cc; tempurung otak simpanse hanya 350 sampai 450 cc. Tidak ada hubungan mutlak antara besarnya ukuran otak dengan kecerdasan. Individu yang mempunyai otak terbesar belum tentu merupakan individu yang tercerdas. Namun tidak tidak dapat disangkal bahwa otak manusia mempunyai kemampuan besar untuk belajar. Ciri-ciri kepala manusia lainnya adalah muka yang tegak lurus, rahang yang tidak begitu menonjol, dagu yang nyata, hidung yang jelas dengan ujung memanjang dan bibir yang mempunyai selaput lendir di bagian luar.
Tubuh manusia mempunyai penyabaran rambut yang istimewa. Penyebaran rambut ini berbeda-beda pada berbagai macam populasi manusia. Kaum pria dari beberapa populasi manusia mempunyai janggut lebat. Banyaknya rambut pada tubuh berbeda-beda, begitu pula rambut pada lengan dan kaki. Kita hanya dapat mengira-ngira apa artinya adaptasi penyebaran rambut demikian itu dan sampai sekarang pemikiran-pemikiran semacam itu tidak mempunyai arti sama sekali.
2.4.2 Kemampuan Jasmani
Gambaran mengenai batas-batas kemampuan jasmani manusia dapat dilihat dari hasil-hasil pertandingan olah raga. Misalnya untuk lari jarak pendek (100 m), manusia dapat mencapai lari 36 km per jam. Banyak macam hewan dapat lari lebih cepat daripada manusia. Hewan-hewan ini mempunyai kaki yang lebih panjang daripada kaki manusia dalam perbandingan tubuhnya. Macan tutul dapat mengejar kijang dengan kecepatan lebih dari 100 km per jam. Biasanya berat jenis tubuh manusia lebih rendah daripada berat jenis air. Karena itu, di laut tenang dapat terapung untuk jangka waktu lama. Manusia dapat berenang dengan baik. Untuk jarak 100 m manusia dapat berenang dengan kecepatan rata-rata 6,8 km per jam. Bahkan dengan bantuan alat-alat di tangan dan di kaki pun kemampuan berenang manusia masih jauh dibawah kemampuan ikan pedang yang dapat membelah air dengan kecepatan 64 km per jam atau kempuan kura-kura laut atau ikan paus yang dapat berenang dengan kecepatan 25 km per jam.
Perbandingan-perbandingan di atas menunjukkan bahwa kemampuan jasmani manusia jauh di bawah kemampuan jasmani hewan. Tetapi manusia mempunyai kecakapan yang jauh lebih tinggi dari pada hewan. Karena keakapan ini, manusia mampu menggunakan alat inderanya yang paling sempurna yakni alat pelihat dengan sebaik-baiknya. Manusia dapat menafsirkan rangsangan yang diterima dan mempunyai pikiran yang tidak terhingga banyaknya dalam mengadakan reaksi terhadap apa yang dialaminya.
2.4.3 Ciri-Ciri Fisiologi
Sebagian besar keunggulan struktur manusia lebih banyak berhubungan dengan cirri tingkah lakunya daripada dengan ciri fisiologi, meskipun memang kadang-kadang sukar untuk membedakan kedua hal ini. Secara fisiologik manusia tidak banyak berbeda dari mamalia lainnya, terutama primata. Karena itu dalam banyak hal untuk mempelajari fisiologi manusia dapat menggunakan percobaan-percobaan dengan Mamalia.
Pada manusia terdapat musim berbiak. Kegiatan reproduksi dapat terjadi setiap saat sepanjang tahun. Populasi manusia banyak dijumpai individu pada hari lahir pada semua bulan dalam setiap tahun. Pada kera dan sebangsanya terdapat terdapat kecenderungan tidak adanya musim tertentu dalam reproduksi. Kebanyakan hewan yang dipelihara oleh Manusia cenderung mempunyai cirri fisiologi yang sama dengan Manusia, meskipun daalam bebas tetap mempunyai musim berbiak.
Tidak banyak hewan memiliki umur panjang. Hal ini disebabkan oleh cirri fisiologi pada umur tua menjadi lemah, dan organisme tua lebih muah untuk dibunuh oleh predator atau parasit. Hal inilah yang mempersulit penentuan umur sesungguhnya pada kebanyakn organisme. Tetapi dari catatan kebun binatang dan akuarium, yang hewannya terlindung diperoleh data melalui kemungkinan umur yang dapat dicapai oleh berbagai spesies hewan. Ternyata banyak penyu besar yang mempunyai umur lebih panjang daripada manusia. Umur rata-rata manusia mungkin lebih panjang daripada umur hewan.
Manusia mempunyai umur panjang, tetapi memerlukan jangka waktu lama untuk menjadi dewasa, banyak hewan yang menetas dan lahir telah dapat berdiri sendiri. Anak mamalia paling banyak memerlukan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum dapat mengurusi dirinya sendiri, oleh karena masih harus mendapatkan makanan dari susu ibunya. Anak manusia selama 6-9 tahun sama sekali bergantung pada orang dewasa setelah itu untuk beberapa waktu ia masih bergantung oleh manusia dewasa meskipun berkurang, yang mendekati keadaan ini adalah kera besar. Anaknya memerlukan sekitar 2 tahun untuk hidup berdiri sendiri. Manusia meningkan pada sekitar umur 14 tahun dank era sekitar 10 tahun. Perkembangan manusia mencapai kesempurnaan pada sekitar 10 tahun, sedangkan pada kera umumnya pada umur 12 tahun.
2.4.4 Ciri-Ciri Tingkah Laku
Manusia tidak berdaya sebagai individu sendiri, walaupun memiliki otak yang besar, biasanya manusia hidup bersama-sama membentuk masyarakat. Begitu juga dengan hewan banyak yang hidup bermasyarakat, misalnya serangga, masyarakat serangga berdasarkan tingkah laku yang merupakan sifat bawaan dan sedangkan masyarakat manusia berlandaskan pola tingkah laku yang dipelajarinya sedangkan masyarakat kera kurang teratur walaupun dibandingkan dengan masyarakat manusia yang paling sederhana.
Hal yang penting membedakan manusia dengan hewan adalah bahasa walaupun manusia dapat melakukan komunikasi melalui isyarat, tetapi untuk menggatikan bahasa atau dipakai untuk menekankan sesuatu, bahasa manusia manusia sangat rumit karena tidak hanya terdiri dari sistem teriakan dan panggilan. Bahasa adalah dasar dari kemanusiaan namun kita belum dapat mengetahui kapan manusia dapat berbicara dan tidak adanya keterangan mengenai bagaimana bahasa itu dimulai, bahasa adalah suatu cirri tingkah laku manusia.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
·      Perkembangan primata primitif ke primata maju meliputi:
a.       Hubungan antara tulang vertebrata dan tengkorak mengalami perubahan yang berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak.
b.      Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang meliputinya.
c.       Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku.
d.      Volume otak mengalami perkembangan pesat
·      Radiasi primata dari prosimian meliputi:
1.      Prosimian modern
2.      Ceiboidea (monyet dunia baru)
3.      Cercopithecoidea (monyet dunia lama)
·      Makhluk-makhluk pra- Homo sapiens dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan hubungan kekerabatan antara manusia dengan hewan yang didalamnya terdapat 4 famili dan bedasarkan hasil penemuan fosil yang ditemukan di berbagai lapisan dunia yang mempunyai 14 tahapan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang perkembangan primata secara evolusioner, sehingga kita bisa berfikir dengan cermat darimana sebenarnya kita berasal. Selain itu diharapkan pembaca tahu dan memahami apa yang dimaksud dengan evolusi primata, radiasi primata, dan makhluk-makhluk pra-homo sapiens.






DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. “Sejarah Manusia-Primata” (online) http://www.talkorigins.org/faqs/faq-transitional/part2a.html#primate diakses 1 Oktober 2011
Anonymous. 2006. “ Sejarah Penemuan Fosil Manusia Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern – Teori Perkembangan Evolusi Antar Waktu Arkeologi Biologi” (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno diakses 1 Oktober 2011
Darwin, Charles.1958.On the Origin of Species, New York and Scarborough, Ontario: Mentor Book
Fried,  G. H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Penebit Erlangga . Jakarta
Jr, Dolt,H. Robert, 1971. Evolution Of The Earth, Mc Graw Hill, Book Company, New York
Kardong, V. Kenneth, 2005. An Introduction to Biological Evolution, Mc Graw Hill, Higher Education
Ruse, M., 1982. Darwinism Defended, The Benyamin/ Cummungs Publ. Company Inc.
Waluyo, Lud, 2004. Evolusi Organik, UMM Press, Malang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar