BAB I
PENDAHULUAN
1 1.1
Latar belakang
Dalam berbagai kegiatan pembangunan negara serta bangsa
Indonesia tampak bahwa ekologi sebagai ilmu sekarang ini konsepnya sudah banyak
diterapkan, misalnya konsep pelestarian segala macam sumber daya alam, konsep
perlindungan plasma nutfah, pengendalian kelahiran dalam program keluarga
berencana pada populasi manusia, konsep penanganan ekosistem, hasil maksimal
yang berkelanjutan, konsep penanganan permasalahan daerah liran sungai, konsep
perlindungan terhadap ekosistem mangrove, dan lain sebagainya. Konsep ekologi
berperan demikian penting pada masa sekarang, sehingga konsep serta dasar
ekologi perlu ditunjukkan sedini mungkin serta disebarluaskan ke segenap
lapisan masyarakat.
Ekologi sebagian besar
berkepentingan dengan populasi dan komunitas. Populasi dalam
ekologi, aslinya diartikan sebagai kelompok orang, lalu diperluas menjadi
kelompok-kelompok makhluk yang manapun. Dengan istilah Komunitas (kadang-kadang
disebut sebagai “komunitas biotik”), dimaksudkan meliputi semua populasi yang
berdiam di suatu daerah tertentu. Komunitas dengan lingkungan non-hayati
berfungsi bersama sebagai suatu sistem ekologik atau ekosistem.
Sistem biologik yang paling besar dan hampir dapat memenuhi kebutuhan sendiri
disebut biosfer atau ekosfer. Gen merupakan
anasir sel, sel menyusun jaringan, jaringan menyusun
organ, organ menyusun organisme, organisme menyusun
populasi, populasi merupakan anasir komunitas, komunitas
menyusun ekosistem, dan ekosistem menyusun biosfer.
Di alam jarang sekali
ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan
lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme
disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas
hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat
dan saling bergantung. Dalam makalah ini dibahas tentang komunitas
(vegetasi) untuk member membantu memecahkan berbagai macam persoalan ekologi di
laboratorium dan di lapangan atau di alam sesungguhnya.
1.2
Rumusan
Masalah
a) Apa
pengertian dari komunitas (vegetasi)?
b) Bagaimana
konsep dasar komunitas (vegetasi) itu?
c) Apa
saja tipe-tipe vegetasi dalam ekologi tumbuhan ?
d) Apa
saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya persebaran vegetasi hutan ?
e) Bagaimana
interaksi yang terjadi dalam suatu komunitas?
f) Bagaimana
karakteristik komunitas tumbuhan dari segi keanekaragaman, struktur dan
komposisi komunitas serta dominasi?
1.3
Tujuan
a) Mengetahui
pengertian dari komunitas (vegetasi)
b) Mengetahui
konsep dasar suatu komunitas (vegetasi)
c) Mengetahui
tipe-tipe vegetasi dalam ekologi tumbuhan
d) Mengetahui
faktor yang menyebabkan adanya persebaran vegetasi hutan
e) Mengetahui
interaksi yang terjadi dalam suatu komunitas
f)
Mengetahui karakteristik tumbuhan dari segi keanekaragaman, struktur dan
komposisi komunitas serta dominasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunitas (Vegetasi)
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme
merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan
melalui keragaman interaksinya.
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan
dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat
dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu
vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama
yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan
vegetasinya.
2.2 Konsep dasar Komunitas
2.2.1
Formasi
Menurut Clements unit vegetasi
terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang
besar di suatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang
dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon. Formasi tumbuhan
merupakan hasil makroklimat dan ini dikendalikan dan ditentukan batasnya oleh
iklim saja. Dengan lain perkataan formasi tumbuhan terjadi dalam suatu kesatuan
iklim dan alam.
Whittaker
berpendapat bahwa formasi tumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi
ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara
abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2.2.2
Assosiasi
Setiap
formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil yang
dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies yang
dominan dan khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini
merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya dan
komposisi floristik umumnya (Weaver dan Clements, 1938). Sekarang konsep
assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang
populer.
Vegetasi
itu terus menerus (kontinyu) walaupun berbeda dari tempat yang satu ke tempat
yang lain ia tidak dapat dikategorikan kedalam unit-unit yang memilih tempat.
Dalam tingkat penggantian (proses penggantian), Whittaker (1951, 1956)
mengatakan bahwa assosiasi bukan komunitas alam yang nyata (konkrit). L.E.
Braun juga mengeritik konsep assosiasi dalam simposium yang diadakan oleh
perhimpunan ekologi Amerika bulan Agustus 1956 yang tujuan utama ialah:
a)
Bahwa
komuntas tidak mempunyai batas yang tegas tetapi tumpang tindih antarasatu dengan yang lain.
b)
Bahwa
spesies yang nampak mencirikan komunitas dapat meluas ke komunitas lain
walaupun mungkin dalam proporsi yang berbeda.
c)
Bahwa
dua komunitas tidak pasti sama/sejenis.
d)
Bahwa
vegetasi itu kontinyu walaupun berbeda dari tempat yang satu ke yang lain.
2.2.3
Ekotone
Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah)
peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua komunitas yang berbeda dan
menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara komunitas rumput dan hutan
atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik dan
komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas
(batas komunitas). Seperti diketahui biasanya berubah secara perlahan-lahan
atau secara gradient. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba sebagai akibat
lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman terutama
kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton merupakan
daerah peralihan yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang
bersebelahan.
Pada keadaan yang kedua (kompetisi)
ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai banyak organisme
dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang
khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya (disampingnya) dengan
demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan populasi yang
sering lebih daripada komunitas disampingnya.
Kecenderungan
meingkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan dikenal sebagai efek
pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau paling
lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).
2.3 Tipe-tipe vegetasi dalam ekologi
tumbuhan
2.3.1
Vegetasi Hutan Hujan Tropis
Menurut Vickery (1984), hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe
vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan, yang terdapat di daerah
sekitar khatulistiwa yaitu antara garis 100 LU sampai dengan 100
LS. Hutan hujan tropis terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah
hujan 2.000 – 4.000 mm per tahun, rata-rata temperature 250 C dengan
perbedaan temperature yang kecil sepanjang tahun, dan rata-rata kelembaban
udara 80%. Arief (1994) mengemukakan bahwa hutan hujan tropis adalah klimaks
utama dari hutan-hutan di dataran rendah yang mempunyai tiga stratum tajuk,
yaitu stratum A, B, dan C, atau bahkan memiliki lebih dari tiga stratum tajuk.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropis dipisahkan oleh beberapa
stratum antara lain:
Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang
tingginya sekitar 80 meter ke atas, misalnya shorea sp. Di antaranya
terdapat juga pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai
rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak
saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut
umumnya mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi,
serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak
dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba.
Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18-30 meter
dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan
batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini
kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan
bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak
bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4
meter. Termasuk di dalamnya adalah pohonpohon muda, palma-palma kecil, herba
besar dan pakupakuan besar.
Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau
lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Di daerah ini banyak dijumpai
tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat herba.
Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau.
Keanekaragaman spesies tumbuhan yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi
sehingga dikenal sebagai hutan yang heterogen. Vickery (1984) menyatakan bahwa
jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak
dibandingkan dengan yang ditemukan pada tipe vegetasi yang lainnya. Misalnya,
hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesies pohon dan semak sebanyak 240
spesies.
Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya
tetumbuhan yang merambat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon,
misalnya rotan, anggrek dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari
tidak dapat menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak
memungkinkan bagi semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali
spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah
naungan (Arief, 1994).
Selain itu, ciri lain dari hutan hujan tropis yaitu kecepatan daur ulang
sangat tinggi, sehingga semua komponen vegetasi hutan tidak mungkin kekurangan
unsur hara (Vickery, 1984). Jadi, faktor pembatas di hutan hujan tropis adalah
cahaya, dan itupun hanya berlaku bagi tetumbuhan yang terletak di lapisan
bawah. Dengan demikian, herba dan semak yang ada dalam hutan adalah
spesies-spesies yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh di bawah
naungan pohon.
Sebagaian besar hutan ini tumbuh di daerah lembah sungai Amazon
(Brazilia), lembah sungai Kongo, India, Amerika Tengah (Florida), Karibia, dan
wilayah Asia Tenggara Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di pulau
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Irian jaya (Papua).
Menurut ketinggian tempat dari permukaan laut, hutan hujan tropis
dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah (Santoso, 1996; Direktorat Jenderal
Kehutanan, 1976) sebagai berikut :
1. Zona
Hutan Hujan Bawah
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0 – 1.000 m dari permukaan
laut. Terdapat banyak spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae terutama
anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops, anggota
famili Lauraceae, Myrtaceae, Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota
genus Agathis, Koompasia, dan Dyera. Penyebarannya meliputi
pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan
beberapa pulau di Maluku.
2.
Zona Hutan Hujan Tengah
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000 – 3.300 m dari
permukaan laut. Secara umum, vegetasi hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus,
Castanopsis, Nothofagus dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae.
Penyebarannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Aceh, Sumatra Utara,
dan sebagian daerah Indonesia Timur. Di beberapa daerah, tipe vegetasi hutan
hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies
pohon Pinus merkusii, di Jawa Tengah terdapat spesies pohon Albizzia
Montana dan Anaphalis javanica, di Jawa Timur terdapat spesies
pohon Cassuarina sp.
3.
Zona Hutan Hujan Atas
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 3.300 – 4.100 m dari
permukaan laut. Tipe vegetasi hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok
hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar.. Penyebarannya hanya
di Irian Jaya meliputi, spesies pohon Conifer (berdaun jarum) genus Dacrydium,
Libecedrus, Phyllocladus, Podocarpus, dan di sebagian daerah
Indonesia Barat meliputi, kelompok-kelompok tegakan Leptospermum, Tristania,
dan Phyllocladus.
Hutan hujan tropis memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup
semua makhluk yang ada di bumi, dalam hal iklim dunia. Hutan hujan tropis
sangat membantu sekali dalam hal menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap
karbon dioksida yang ada diatmosfer, sehingga mengurangi pula dalam hal efek
rumah kaca. Hutan hujan tropis juga merupakan rumah atau habitat bagi
keberlangsungan hidup bagi makhluk hidup yang tinggal didalamnya, termasuk
flora dan fauna yang terancam punah keberlangsungan hidupnya.
Sumber: http://www.mangobay.com
2.3.2
Hutan Luruh Temperate
Hutan temperate atau hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang
memiliki empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10
s/d 20) dan tidak terlalu rapat., secara astronomis di antara 23,50 LU
– 66,50 LS. Hutan ini berisi tumbuhan yang daunnya gugur (meranggas)
pada musim dingin. Keadaan ini akan berlangsung hingga menjelang musim semi.
Pada musim semi, temperatur akan meningkat, salju mulai mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi). Curah hujan merata sepanjang tahun 75 – 100
cm/tahun.. Daerah persebaran hutan gugur terutama meliputi wilayah sub-tropis
sampai sedang seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Tengah dan Timur serta
Chili.
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima
cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban.
Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya
masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu
mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah,
coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan
fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim
dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
2.3.3
Hutan Boreal
Kata Taiga (ti’ge ) berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan rawa dan
kata lain dari taiga adalah Boreal Fores yang berarti hutan di daerah utara.
Taiga mengalami 4 musim: musim panas, gugur, dingin dan semi. Musim panas
berlangsung selama 3 sampai 6 bulan. Curah hujan sekitar 35 cm per tahun. Taiga
merupakan daerah bermusim dingin panjang temperaturnya pun rendah mencapai -700
F dan musim panas mencapai suhu 900 F. Pada daerah dekat aliran
sungai perbedaan suhu musim dingin dan panas tidak terlau jauh seperti suhu di
daerah yang jauh dari aliran sungai, contohnya daerah Anchorage (dekat aliran
sungai) suhu musim dingin -340 F dan musim panas 850 F
sedangkan di Fairbanks (daerah pedalaman) suhu musim dingin -700 F
dan musim panas 990 F. Kebakaran hutan di taiga sangat berperan bagi
regenerasi tumbuhan di sana.
Hutan boreal ( hutan taiga) berkembang di daerah lintang tinggi dekat
dengan kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah
hutan tropis. Hutan ini di tumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum, di mana
dikawasan ini memiliki musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang.
Pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
Daerah yang termasuk kawasan ini meliputi Alaska amerika utara,
skandinavia eropa utara, dan Siberia rusia. Permukaan tanah ini umumnya
tertutup lumut kerak yang tebal. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon
konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus).
Keanekaragaman tumbuhan di taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan
pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen.
Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu
sangat rendah.
Sumber: http://www.hutan
Taiga dimulai ketika ekosistem tundra berakhir, pertama kali ditandai
dengan tumbuh cemara-cemara (black spruce) yang tumbuh jarang dan cemara putih
(white spruce) di bagian selatan yang dibawahnya tumbuh tanaman perdu. Di
sepanjang sungai tumbuh bercampur cemara dengan tumbuhan hutan gugur. Taiga
merupakan hutan terbesar di bumi belahan utara mulai dari Selat Norwegia
melintasi Siberia sampai ke Amerilka Utara. Walaupun dingin di daerah Alaska
digunakan sebagai tempat tinggal.
2.3.4
Padang Rumput
Vegetasi padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan
daerah beriklim sedang. Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah
padang rumput curah hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun. Curah hujan yang
relatif rendah turun secara tidak teratur. Turunnya hujan yang tidak teratur
tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga
tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Terdapat pada daerah yang mempunyai musim kering panjang dan musim
penghujan pendek, seperti di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Hongaria, Rusia
Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia. Padang rumput dapat terdapat
di daerah dengan ketinggian antara 900 – 4000 m di atas permukaan laut, seperti
misalnya padang rumput tanah, padang rumput pegunungan, komunitas rumput, dan
lumut. Namun ada yang berada pada ketinggian kurang dari 100 m di atas
permukaan laut, yaitu rawa gambut.
Tumbuhan dominannya adalah rumput, sedangkan pohon dan semak terdapat di
sepanjang sungai di daerah tersebut. Daerah padang rumput yang relatif basah,
seperti terdapat di Amerika Utara, rumputnya dapat mencapai tiga meter,
misalnya rumput-rumput bluestem, dan indian grasses. Sedangkan daerah padang
rumput yang kering mempunyai rumput yang pendek. Contohnya adalah rumput buffalo
grasses dan rumput grama.
Tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah yang
porositas (peresapan air) dan drainase (aliran air) kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
porositas (peresapan air) dan drainase (aliran air) kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
2.3.5
Tundra
Daerah tundra hanya terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan
terletak di daerah lingkungan kutub utara. Daerah ini memiliki musim dingin
yang panjang serta gelap dapat berlangsung selama 9 bulan, karena mendapat
sedikit energi radiasi matahari . Selama musim dingin yang sangat dingin dan gelap,
suhu rata-rata sekitar -28 ° C (-18 ° F), kadang-kadang serendah -50 ° C (-58 °
F) dan selama musim panas, suhu agak naik, dan lapisan atas lapisan es mencair,
meninggalkan tanah yang sangat lembek. Umumnya suhu siang hari selama musim
panas meningkat sampai sekitar 12 ° C (54 ° F) tetapi sering dapat menurun ke 3
° C (37 ° F) atau bahkan di bawah titik beku. Musim panas berlangsung selama 3
bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan, karena
matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan
rendahnya suhu
lingkungan
sekitar. Pada area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut, rerumputan, dan
pohon dari bangsa conifer. Tundra biasanya
hidup di daerah dingin.
Tundra adalah daerah yang sangat berangin, dengan angin sering bertiup ke
atas dari 48-97 km / jam (30-60 kilometer per jam). Namun, dalam hal curah
hujan hanya sekitar 15-25 cm (6-10 inci) jatuh per tahun. Tanaman tundra yang
penting meliputi rumput alang-alang, rerumputan, pohon-pohonan kerdil dan lumut
foliosa, terutama Lichenes yang merupakan makanan bagi herbivore yang hidup di
vegetasi tundra. Keanekaragaman hayati di tundra rendah: 1.700 spesies tumbuhan
vaskular. Ekosisten tundra adalah daerah tanpa pohon ditemukan di Kutub Utara
dan di puncak-puncak gunung, dimana iklim yang dingin dan berangin dan curah
hujan sedikit.
Sumber: http://www.tundra.com
Karakteristik
tundra yaitu :
1.
Iklim yang sangat dingin
2.
Keanekaragaman biotik rendah
3.
Struktur vegetasi sederhana
4.
Terdapat batasan drainase (aliran air)
5.
Musim pertumbuhan dan reproduksi pendek
6.
Energi dan nutrisi dalam bentuk bahan
organik mati
2.3.6
Zone Arid Kering dan Padang Pasir
Vegetasi
padang pasir terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° lintang utara dan lintang
selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang
rumput, curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun, kelembaban udara sangat
rendah, kecepatan penguapan air lebih cepat. Padang pasir mempunyai ciri-ciri
khusus berupa pengaruh yang besar pada potensi evaporasi di atas curah hujan,
dan air tanah cenderung menjadi asin disebabkan larutan garam tidak berpindah
baik oleh pencucian air atau oleh air mengalir. Organisme padang pasir ada di
bawah seleksi alam yang kuat untuk melindungi pembatasan penyediaan air.
Gurun (Padang pasir) merupakan daerah yang tidak mudah bagi tanaman untuk
dapat tumbuh. karena sangat panas pada siang hari,. Pancaran matahari sangat
terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 45°C pada musim
panas, membeku pada malam hari dan kekurangan air. Hujan sekitar setahun sekali
sehingga jenis tanaman yang hidup disana adalah jenis tumbuhan yang tahan
terhadap kekeringan seperti pohon kaktus dan beberapa jenis rumput berduri.
Padang pasir Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Daerah padang pasir paling
luas adalah terpusat di daerah sekitar 200 LU dari pantai Atlantik
di Afrika sampai ke Asia Tengah. Padang pasir itu adalah kompleks padang pasir
Sahara-Padang Pasir Arab-Padang Pasir Gobi yang menutupi atas 10 juta km2,
kurang lebih 8% dari masa daratan non polar. Atas banyaknya daerah ini,
terutama di bagian tengah, curah hujan setiap tahunnya hanya kecil, dan
vegetasi menjadi berkurang untuk menyebar ke dalam belukar-belukar dan tanaman
berbiji berkurang dalam melindungi tekanan-tekanan (Polunin, 1960).
Disebabkan tingginya evaporasi, dengan humiditas siang hari serendah 5%,
tekanan topografik seringkali sedikit asin, demikianlah kadang-kadang habitat
basah sangat kaku. Pada prinsipnya vegetasi di daerah padang pasir ini memiliki
berbagai belukar seperti semak-semak creosote (Larrea tridentata), succulen
(Euphorbia), succulen saquaro cactus (Cereus giganteus) dan bermacam-macam
prickly pears (Opuntia sp.).
Tanaman-tanaman semusim merupakan komponen flora padang pasir yang nyata
dan seringkali dominan. Banyak dari tanaman semusim ini yang mempunyai
perkecualian laju fotosintetik yang tinggi (Money et al, 1976). Banyak spesies
padang pasir memiliki fotocintesis C4 atau CAM. Fotosintesis C4 memberikan
keuntungan selektif pada tanamn-tanaman padang pasir karena perkecualian laju
fotosintetik mereka yang tinggi pada intensitas cahaya yang tinggi dan
temperature yang hangat. Tetapi banyak tanaman semusim padang pasir yang
merupakan tanaman C3, dan memiliki laju fotosintetik yang sama tinggi dengan
laju fotosintetik tanaman-tanaman C4, serta sifat-sifat kejenuhan cahaya yang
sama, meskipun temperature optimal mereka lebih rendah. Tanaman-tanaman ini
diadaptasikan bagi pertumbuhan yang cepat yang mengikuti hujan pada musim
dingin, sehingga mereka menyempurnakan siklus hidup mereka pada waktu
temperature relative sejuk.
Banyak tanaman padang pasir berupa sukulen dan dapat menyimpan air dalam
jumlah besar untuk digunakan selama periode kekeringan. Tanaman ini dapat
mengasimilasi karbondiosida selama malam hari, ketika kehilangan air melalui
stomata yang terbuka minimum, yaitu terjadi selama periode gelap dan mendekati
nol pada siang hari.
Sedangkan
menurut Ossting (1982), klasifikasi vegetasi terdiri dari 7 macam:
a. Vegetasi Pantai
Vegetasi yang
terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada diatas
garis pasang tertinggi (Departemen Kehutanan). Salah tanaman yang terdapat di
daerah pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.
b. Vegetasi Mangrove/Rawa
Definisi kelompok: karakterisitik dari tanaman
pantai,muara sungai atau delta yang berada di tempat yang terlindung di daerah
pesisir pantai yang membentuk suatu ekosistem.
Definisi menurut FAO (1982): adalah jenis tumbuhan
maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah pasang surut.
Definisi
menurut Macnae (1968): mangrove adalah suatu individu pohon sedangkan mangal
adalah komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.
Macam-macam
Vegetasi Mangrove
·
Vegetasi inti:
Jenis
ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu brtahan terhadap salinitas
(garam) yang disebut sebagai Halophyta.kebanyakan jenis mangrove mempunyai
adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang,toleransi terhadap garam
tinggi,dapat bertahan pada perendaman pasang surut.
· Vegetasi marginal:
Pada
mangrove yang berada di darat,di rawa musiman,pantai dan atau mangrove
marginal.
·
Vegetasi fakultatif marginal:
Daerah
yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae denagn jenisnya Carapa guianensis.
Jenis lain Raphia taedigera.dimana pengaruh iklim katulistiwa sangat
banyak,tumbuh jenis melaleuca leucadendron rawa.
Vegetasi
yang tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon diantaranya
pohon bakau ( Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp., Xylocarpus,
Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di sekitar
Sukadana dan Batu Barat.
c. Vegetasi Payau
Adalah
areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-rawa, permukaan tanah
tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam setahun dan pada kurin waktu
tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh air (Badan Pertanahan
Nasional).
Vegetasi
ini tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang terdapat di muara
sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah Bakau Rhizophora apiculata
dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R.
stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir
berlumpur.
d. Vegetasi Gambut
Tipe vegetasi
yang umumnya terdapat pada Daerah beriklim A atau B (Badan Pertanahan
Nasional). jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus bancanus), dan
jelutung ( Dyera sp).
Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu
lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan.
Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh
air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di
cekungan, depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di
dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan
gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan
gambut sangat luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran
bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah
dipengaruhi pasang surut harian air laut.
Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran
oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi
daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan
tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi,
kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro
menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal (Limin et al,
2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan
semestinya.
Tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut adalah kelapa
sawit, sagu, nanas, cassava, kacang tanah, kedelai, jagung, ubi jalar,
asparagus, sayuran juga dapat tumbuh di lahan gambut karena termasuk tanah yang
cukup bagus untuk pertumbuhan tanaman. Tanamman lain yang dapat tumbuh seperti
di Sumatra dan Kalimantan yaitu jambu air (Eugenia) Mangga (Mangosteen),
rambutan (Ambak dan Melling, 2000) sedangkan di daerah pantai Ivory dengan
gambut termasuk oligotropik, pisang dapat tumbuh dengan drainase 80-100 cm.
Beberapa
spesies tanaman yang biasanya terdapat di dataran rendah seperti casuarina dan
matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan pisang; serta sayur mayur
dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan labu.
Tanaman
lain yang dapat tumbuh di dataran rendah diantaranya : jagung, ketela pohon,
ubi jalar, kacang-kacangan, karet, kopi robusta, kelapa sawit, tebu, cokelat,
tembakau, kapuk.
Sumber:
http://www.gambut.com.
e. Dataran Rendah
Vegetasi
yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di atas permukaan laut (Departemen
Kehutanan). Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0
meter dpl. Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial
secara umum merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang
tinggi. Terdapat di sekitar lembah Gunung Peramas dan Gunung Lobang Tedong,
Sukadana. Jenis pohonnya antara lain pohon belian/ kayu besi (Eusideroxilon
zwageri).
f. Vegetasi Dataran Tinggi
Vegetasi yang
tumbuh di ketinggian antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut (Badan
Pertanahan Nasional).
Ekosistem
pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem,
antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar matahari yang
tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut
tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh
pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup
pada kondisi sulit tersebut.
Tanaman yang dapat tumbuh di daerah dataran tinggi diantaranya :
cemara (tumbuhan berdaun jarum), ketela pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dst.
g. Vegetasi Pegunungan
Vegetasi yang
tumbuh diketinggian antara 1500-2500 m di atas permukaan laut (Departemen
Kehutanan). Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng gunung.
Salah
satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan oleh perkebunan
besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur dan banyak turun
hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah pegunungan. Tanaman
tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya dapat pada musim kemarau
2.4 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Persebaran Vegetasi Hutan Antara Lain
2.4.1
Iklim
Iklim dengan unsur-unsurnya, seperti
suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, angin dan curah hujan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi persebaran tumbuhan (flora) di permukaan bumi.
Hutan hujan tropis merupakan hutan yang banyak dipengaruhi oleh curah hujan
yang tinggi.
Perbedaan letak garis lintang dan ketinggian diatas pemukaan laut yang menyebabkan besarnya intensitas cahaya matahari dan curah hujan pada setiap daerah berbeda.
Perbedaan letak garis lintang dan ketinggian diatas pemukaan laut yang menyebabkan besarnya intensitas cahaya matahari dan curah hujan pada setiap daerah berbeda.
Misalnya pada daerah kutub utara
terdapat bioma tundra yang menerima curah hujan sedikit dan intensitas cahaya
matahari rendah, menyebabkan sedikit hewan dan tumbuhan yang tinggal. Karena
iklim kutub, pemandangan yang tampak hanya padang rumput luas beku tanpa
pepohonan. Pada saat musim panas yang singkat tumbuhan perdu kecil tumbuh
berkembang dan tampak seperti semak. Berikut adalah piramida urutan tipe-tipe
vegetasi dari yang jumlah spesiesnya sedikit sampai spesies yang berjumlah
banyak.
2.4.2
Keadaan Tanah
Perbedaan jenis tanah, seperti
pasir, alluvial, dan kapur serta jumlah zat mineral yang dikandung dalam humus
mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh. Di daerah tropis akan hidup berbagai
jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup
tumbuhan tertentu. Tumbuhan kaktus salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi
dengan kondisi iklim dan keadaan tanah di gurun pasir.
2.4.3
Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai
macam relief, seperti pegunungan dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai.
Perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara.
Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan (flora) hutan yang
terdapat di daerah pegunungan banyak di pengaruhi oleh ketinggian tempat.
2.4.4
Makhluk Hidup ( Biotik )
Makhluk hidup seperti manusia dan
hewan memiliki pengaruh yang cukup besar dan persebaran tumbuhan ( flora ).
Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan
persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan
yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik terutama manusia.
2.5
Interaksi
dalam komunitas
Komunitas adalah
kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas
sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung,
ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton,
fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi
interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran
organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antar komunitas
cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi
dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
2.6
Karakteristik
komunitas tumbuhan
2.6.1
Keanekaragaman
Sumber Variasi Keanekaragaman
o
Variasi
Perkembangan
Variasi perkembangan ini ditentukan
secara genetis. Contoh pada tanaman cocor bebek ( Kalanchoe pinnata ) terdapat
daun tunggal dan majemuk menyirip beranak daun tiga pada satu individu tanaman
yang sering disebut heteromorfisme.
o
Variasi
yang disebabkan Lingkungan
Tumbuh-tumbuhan keseluruhan
beranekaragam dan banyak jenisnya menyimpang dalam pertumbuhannya, sebagai
respon terhadap lingkungan. Perubahan ini disebabkan karena sinar, air,
makanan, suhu, dan tanah.
Sebagai contoh adalah tumbuhan
kaktus. Daun tanaman ini berbentuk seperi duri atau jarum dan tebal karena
tumbuh di daerah yang sinarnya berlebih yaitu di padang pasir atau gurun.
Sehingga agar tidak terjadi transpirasi berlebihan maka bentuk daun tidak
melebar seperti pada umumnya daun.
Terdapat
pula variasi lingkungan yang menyebabkan keanekaragaman tumbuhan dalam bentuk :
o
Ketinggian
Perbedaan ketinggian suatu tempat
dari garis pantai akan menyebabkan perbedaan mikro klimat antara lain suhu,
kelembaban, curah hujan, dan lain-lain. Sehingga mengakibatkan sebaran berbagai
jenis tumbuhan berbeda-beda. Ketinggian tempat juga dapat menyebabkan isolasi
jenis.
o
Letak
Geografis
Letak geografis menyebabkan
perbedaan makro klimat yang sangat tajam seperti perbedaan musim, curah hujan,
kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya matahari
- Variasi Genetika
- Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi
secara mendadak diteruskan ke generasi berikutnya yang bersifat kekal.
Keturunan yang terjadi berbeda, baik bentuk maupun sifatnya dengan induk.
Mutasi dapat terjadi di alam bebas maupun secara buatan.
- Rekombinasi dan Aliran Gen
Gerakan dan perukaran gen-gen di
antara anggota populasi melukiskan perpindahan gen-gen. Rekombinasi adalah
hasil akibat kombinasi baru dari gen yang telah ada. Perpindahan gen dan
rekomendasi melibatkan gen-gen yang ada dari pembawaan
2.6.2
Struktur
dan komposisi komunitas
Studi
mengenai struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan dapat juga disebut
Fitososiologi.Analisisnya disebut analisis vegetasi, yang terdiri atas analisis
kualitatif dan kuantitatif.
·
Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
Struktur kualitatif dan komposisi komunitas dapat dinyatakan
berdasarkan observasi (pengamatan) visual tanpa sampling khusus atau pengukuran
dalam perhitungan (menyatakan) karakteristik florestik secara kualitatif (isi
spesies) stratifikasi, aspek sosiabilitasnya, asosiasi antar spesies, bentuk
pertumbuhan dan spektrum biologi dipelajari di lapang.
·
Komposisi floristik/anggota spesies komunitas.
Studi ini
ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat dilakukan
dengan koleksi yang periodik kemudian diidentifikasi dengan waktu sepanjang
tahun.
·
Stratifikasi
Jumlah
strata pelapisan dalam komunitas dapat dinyatakan dengan observasi, jika secara
periodik mengamati tumbuhan untuk sepanjang tahun, penggantian dalam kenampakan
vegetasi akan terlihat dengan penggantian dalam cuaca. Dengan ini maka hubungan
spesies dalam beberapa cuaca pada satu tahun dicatat.
·
Bentuk pertumbuhan
Sebagian
besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan
kedalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Pembagian klasnya seperti yang
telah dibicarakan pada bab yang lalu. Berdasarkan nilai persentase perbedaan
klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat
diketahui.
·
Sosiabilitas
Dalam
komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar. Individu
beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain
terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.
Beberapa
individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung
mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk populasi yang
besar. Berdasarkan itu maka dapat dikelompokkan dalam klas-klas.
o
Klas
1. Pohon tumbuh individual (singly)
o
Klas
2. Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
o
Klas
3. Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
o
Klas
4. Menutup tanah lebih luas lagi
o
Klas
5. Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
Derajad
sosiabilitas yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas
biji tinggi, daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.
·
Assosiasi antar spesifik
Jika
vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain,
mereka membentuk sebagai komunitas tipe assosiasi-assosiasi antar spesies ini
dapat terjadi pada beberapa kemungkinan:
1. Spesies-spesies dapat hidup dalam lingkungan
yang sama
2.
Spesies-spesies
mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama
3.
Spesies-spesies
mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
4.
Tumbuhan
atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau
keduanya, assosiasi ini mudah dilihat di lapang.
2.6.3
Analisis
kuantitatif komunitas tumbuhan
Untuk analisis ada beberapa metode
pengambilan sampel, yaitu:
1.
Metode
kuadrat (Quadrat methode)
2.
Metode
transek (Transeck methode)
3.
Metode
loop (Loop methode)
4.
Metode
titik (Point less/point methode)
1. Metode kuadrat
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat
adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1
dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi,
persegi panjang atau lingkaran.
Metode
kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak
sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini
dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari
masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang
ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat):
Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode
ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang
diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu
daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari
beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran
letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna
dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap
spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf
dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis
mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
2. Metode Transek
Transek
adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuan:
untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Atau:
untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.Ada dua
macam transek:
o
Belt
transect (transek sabuk)
Belt
transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar
jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang
sebenarnya.
Lebar jalur
untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek
10 m yang baik.
Panjang
transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.
o
Line
transect (transek garis)
Dalam
metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat
pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai.
3. Metode Loop
Metode ini digunakan untuk
rerumputan dan herba.
Prosedurnya:
o
Dibuat
lingkaran kecil (loop) dengan diameter 2 cm.
o
Tentukan
titik secara random, kemudian dari titik itu dibuat jalur sepanjang 33,5 m.
o
Pada
setiap 1 meter titik observasi ditandai pada tempat sentimeter yang ke 33, 66
dan 100. Jadi setiap 1 meter ada 3 titik observasi, dan pada jarak 33 meter ada
99 titik observasi.
o
Titik
yang 100 terletak pada jarak 33,33 meter.
o
Kemudian
disetiap titik observasi (loop) dijatuhkan (diletakkan) dan dicatat spesies
yang berada di dalam lingkaran.
4. Metode Titik (Point Less/Point
Methode)
Metode ini merupakan salah satu
metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas
kuadrat tertentu. Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah
ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan
garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan
titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah
kompas).Ada dua macam metode titik:
a. Metode titik dengan kerangka (Point
Frame Method)
Pada
setiap titik dicari jenis-jenis yang tertunjuk/terkena tusuk. Alat penujuk
adalah kawat/paku. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali
frame diletakkan dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat. Method ini
digunakan untuk rumput dan herba.
b. Metode titik pusat (Point
Center/Quarter Method)
Prosedur:
o
Di
tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum/paku yang diatasnya dipasang kompas
- Daerah itu, dengan titik sebagai pusat
dibagi 4 bagian (kuadran).
o
Tumbuhan
yang diambil datanya (dianalisis) disetiap kuadran adalah satu pohon (sampling)
yang terdekat dengan titik pusat. Data yang diambil adalah jarak dari pohon ke
titik pusat dan diameter pohon pada ketinggian pohon setinggi dada (1,37 m).
Katagori pohon jika memiliki diameter lebih dari 10 cm dan katagori anakan
pohon jika mempunyai diameter 2,5 cm sampai 10 cm.
2.6.4
Dominansi
Disini
komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil
dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan
pengetahuan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan
lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan
spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi misalnya:
Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika
komunitas alam dan ia mengembangkan klasifikasi floristik yang menekankan pada
suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies. Menurut Clements vegetasi dapat
dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan yang turun.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Komunitas
adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara mereka
maupun lingkungannya.
2.
Di
dalam kehidupan bersama antara spesies terjadi bermacam-macam interaksi
seperti: mutualisme, eksploitasi, parasit, komensalisme, dan kompetisi.
3.
Yang
dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari
stratifikasinya (lapisan dari atas kebawah) secara horisontal bentuk
pertumbuhannya (Phanerophytes, Chamaephytes, Hemicryptophytes, Cryptophytes dan
Therophytes), sosiasilitasnya, assosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan
biomas (analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies
komunitas.
4.
Ecotone
adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua
komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas.
5.
Dinamika
komunitas (evolusi komunitas), evolusi yang terjadi pada komunitas tumbuhan di
suatu tanah yang kosong (bero) terjadi dalam waktu lama dan bertahap dimana
setiap tahap dicirikan oleh himpunan utama suatu populasi tumbuhan dan
dominasi. Pada umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui tahap-tahap sebagai:
nudasi, migran eksesis, agregasi, evolusi interaksi komunitas, invasi, reaksi,
stabilisasi dan klimaks.
6.
Klasifikasi
komunitas, Pada umumnya komunitas vegetasi diklasifikasikan berdasarkan
fisiognomi, habitat dan komposisi
dan dominasi spesies. Menurut Clements, vegetasi dapat dianalisa kedalam unit
klas-klas sebagai berikut dalam urutan yang menurun: formasi, assosiasi,
fasiasi, konsosiasi dan klans.
7.
Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran
Vegetasi Hutan adalah Iklim, Keadaan Tanah, Tinggi Rendah Permukaan Bumi dan
Makhluk Hidup (Biotik)
8.
Studi
struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga
fitososiologi analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara
kualitatif dan kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Jenis-jenis Bioma.
http://ikzzir.blogspot.com/2007/12/t-aiga-merupakan-salah-satu-jenis-bioma.html
diakses tanggal 15 oktober 2011
Anonymous. 2009. Biologi. http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping
/Praweda/Biologi/0027%20Bio%201-6b.htm diakses pada tanggal 16
Oktober
Anonymous. 2009. Hutan Hujan
Tropis. http://beritakorslet.wordpress.com
/2009/12/27/ternyata-hutan-hujan-tropis-indonesia-sebagai-potensi-dunia/
diakses tanggal 16 Oktober 2011
Anonymous.
2010. Bilogi. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Biologi%203.htm
diakses tanggal tanggal 15 Oktober 2011
Indriyanto.
2008. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara :Jakarta
Jumin,
Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
McNaughton,
S.J, dkk. 1998. Ekologi Umum Edisi Ke dua. UGM Press: Yogyakarta
Michael,
P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI
Press: Jakarta.
Rahardjanto,
Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang.
Rohman,
Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. JICA: Malang.
Syafei,
Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. UGM Press: Jogjakarta.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. UGM Press: Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar